Retret Kuria Roma – hari 5-6 (5-6 Maret 2020)
RETRET KURIA ROMA – HARI 5-6 (5-6 Maret 2020) : PENGANTARA ORANG-ORANG BERDOSA DAN KEHADIRAN ALLAH
Dua sesi terakhir Latihan Rohani pada retret Kuria Roma tahun ini berfokus pada perlunya para gembala menjadi pengantara bagi orang-orang berdosa, dan mengenali kehadiran Allah dalam panggilan mereka.
Hari 5 (Kamis, 5 Maret 2020 – Sesi 2) : Pelayanan yang paling rohani
Pada Kamis sore, Pastor Pietro Bovati, SJ, kepala retret tahunan Kuria Roma dan sekretaris Komisi Kitab Suci Kepausan, berbicara tentang tema pengantaraan, tentang membantu mendamaikan orang-orang yang membutuhkan pengampunan dan pendamaian dengan Allah. Pelayanan kerahiman ini, terutama dalam Sakramen Tobat, adalah “pelayanan yang paling rohani”, karena menjangkau orang-orang dalam kehadiran mereka yang terdalam.
Pastor Bovati mengatakan kitab Keluaran mengajarkan kita bahwa kita harus datang kepada Allah dalam doa untuk mengenali keberdosaan kita. Pengantara membantu kita melihat perubahan dari amarah Allah menjadi kerahiman dan kelembutan-Nya, yang mengarah pada perubahan di dalam hati kita.
Kerahiman Allah yang lembut ini dapat dilihat dalam perumpamaan tentang domba yang hilang, dan dalam kisah Injil tentang pertanyaan Petrus sehubungan dengan seberapa sering kita harus mengampuni. Petrus sendiri, yang menyangkal Yesus dan menangisi dosa-dosanya, “menjadi lambang Gereja dan setiap umat Kristiani yang, setelah diampuni, menjadi seorang seniman pengampunan”.
Hari 6 (Jumat, 6 Maret 2020 – Sesi 1) : Menyakini kehadiran Allah
Latihan Rohani tahun ini berakhir pada hari Jumat pagi dengan meditasi tentang kehadiran Allah. Yesus hadir, kata Pastor Bovati, ketika para murid-Nya mematuhi mandat-Nya “untuk membawa semarak rahmat ke dunia”.
Sebagai penutup renungannya tentang kitab Keluaran, Pastor Bovati membahas tentang bagaimana Musa meminta Tuhan untuk membantunya memimpin Umat Allah. Musa, yang percaya akan kehadiran Allah, menjadi teladan umat. Pastor Bovati mengatakan bahwa Tuhan sendirilah yang memungkinkan laki-laki dan perempuan melakukan pekerjaan yang diminta Tuhan dari mereka.
Pastor Bovati mencatat bahwa Musa tidak meminta kemuliaan atau ganjaran untuk dirinya sendiri, tetapi hanya agar ia dapat menjadi sarana kehendak Allah. Ia memiliki kerendahan hati untuk mengenali kebutuhan para sejawatnya, menunjukkan bahwa hanya Allah yang merupakan sendi keselamatan yang unik.
Akhirnya, beralih ke kisah Injil tentang perjumpaan Yesus dengan para rasul setelah Kebangkitan, Pastor Bovati mengatakan bahwa Tuhan memanggil mereka untuk kembali ke Galilea, tempat kelahiran panggilan mereka, tetapi juga sebuah perbatasan – mengingat pelaksanaan Tuhan untuk “menjadikan segala bangsa murid-Nya”.
Yesus lah yang menjadikan mereka para gembala, mengutus mereka untuk melanjutkan perutusan kasih dan rahmat-Nya.
( Peter Suriadi – Bogor, 6 Maret 2020 )