Sejarah Paroki
Awal keberadaan Paroki St. Fransiskus Asisi tidak dapat dipisahkan dari peranan para Pastor ordo Fransiskan Konventual (OFM Conv) yang sejak tahun 1938. Para konventual sudah mulai berkarya di Kota Bogor meneruskan misi yang sudah dimulai oleh para Misionaris Jesuit. Para Konventual memulai karya mereka di Gereja St. Perawan Maria di Kapten Muslihat (kini Gereja Katedral Bogor). Saat itu Kota Bogor termasuk wilayah Vikariat Apostolik Batavia (Jakarta). Selain melayani Paroki St. Perawan Maria, para Pater Konventual, Pater H. Thomas Leendres OFM Conv, Pater L. Van Den Bergh OFM Conv, Pater Hieronymus Van Vliet OFM Conv, Pater Desiderius Van De Ridder OFM Conv, Pater H.T Looymans OFM Conv dan Pater A Leuvisse OFM Conv sudah memikirkan untuk mengembangkan karya pelayanan misi mereka. Tempat yang dipilih oleh para misionaris Konventual salah satunya adalah Bondongan. Di tempat ini Pater Desiderius Van De Ridder OFM Conv pada tahun 1955 memulai sebuah kapel yang sederhana.
Bangunan kapel masih sangat sederhana, atapnya dari genteng sementara dindingnya masih dari bambu. Dana pembangunan Kapel di dapat dari sumbangan umat dan bazar yang diadakan pada waktu itu. Selain kapel, di bangun juga sebuah pastoran kecil di seberang kapel (kini RB Melania). Di Bondongan Pater Van De Ridder OFM Conv dan Pater Hieronymus Van Vliet OFM Conv tinggal dan memulai karya mereka untuk melayani umat dan Kapel Bondongan menjadi stasi bagi Paroki St. Perawan Maria Bogor.
Selain Kapel dan Pastoran, karya Misi di Bondongan diperkuat dengan kehadiran Sr. Maria Sylvera RGS, Sr. M Rosary RGS, Sr. M Chrisostoma RGS dan Sr. M Luperta RGS dari Tarekat Gembala Baik (RGS) pada tanggal 7 Juli 1956. Para Suster Gembala Baik tinggal dibiara Bunda Maria Fatima satu kompleks dengan Kapel. Di kompleks yang luas itu, para Suster Gembala Baik memulai karya mereka dengan mengajar di SD pada tanggal 1 Agustus 1956. Pelan tapi pasti daerah Bondongan yang semula sepi lama kelamaan berkembang dengan kehadiran para Misionaris Konventual dan para Suster Gembala Baik, karya pendidikan menjadi sasaran utama dalam karya misi tersebut.
Bulan November 1957, Congregatio de Propaganda Fide mengumumkan untuk memisahkan Kabupaten Bogor dari Vikariat Apostolik Jakarta dan menggabungkan dengan Prefektur Apostolik Sukabumi. Perubahan wilayah ini berpengaruh dalam karya pelayanan. Setelah 30 tahun para Pater Konventual melayani Paroki St. Perawan Maria karena keterbatasan tenaga, para Konventual melepaskan Paroki St. Perawan Maria dan menyerahkan tongkat estafet pelayanan kepada para Pater Ordo Fransiskan (OFM). Misionaris Konventual meninggalkan Kota Bogor dengan membawa banyak kenangan termasuk diantaranya 3 orang pemuda dari Bogor yang tertarik untuk menjadi biarawan Konventual yakni Willybordus Marinka, Adeodatus L OFM Conv dan Paulus Lie Ka Kwi OFM Conv.
Kepergian Misionaris Konventual dari Paroki St. Perawan Maria dan Stasi Bondongan tidak memadamkan karya pelayanan dan pengembangan umat Katolik di Bogor. Para Misionaris Fransiskan melanjutkan karya pelayanan tersebut disertai seorang Imam dari Serikat Maria Monfortan, Pater Adrian Schellart SMM yang dalam masa pemulihan kesehatannya, tinggal dan membantu karya Pastoral di Bondongan .
Lahirnya Gereja St Fransiskus Asisi.
Tahun 1958, Prefektur Apostolik Bogor Mgr. Dr Nicolaus Geise OFM mempunyai pemikiran maju untuk perkembangan dunia pendidikan Imam di Keuskupan Bogor. Untuk itu Mgr. Geise meminta Romo Raden Mas Camilus Sutadi Tjiptokusumo Pr untuk menjajaki kemungkinan pembelian kompleks sekolah Chinese di daerah Sukasari. Di kompleks yang semula dimiliki oleh Almarhum Bapak Hoo Tian Hoei, telah berdiri bangunan sekolah Chinese Methodis School yang dikelola oleh Badan Pengurus Hua Chiua Yoen. Kemudian sekolah ini berganti nama menjadi Sekolah Nasional yang berada dibawah pengurus nasional.
Diatas tanah seluas 11.231 m2 terdapat 2 bangunan gedung tua yang berukuran besar dan kecil dengan gaya arsitektur Belanda. Gedung ini kosong hanya diperuntukkan menjadi tempat menyimpan karet mentah karena dibelakang gedung terdapat perkebunan karet.
27 Oktober 1958, Romo RM C Tjiptokusumo Pr yang bertindak sebagai kuasa dari yayasan Bakti mengajukan permohonan kepada Menteri Agraria melalui Kepala Inspeksi Agraria di Bandung untuk pemindahan hak atas lahan tersebut dari Bapak Hoo Tian Hoei kepada Romo Rd Mas C.S. Tjiptokusumo Pr yang bertindak untuk dan atas nama Misi Katolik Bogor.
Setelah mendapat persetujuan dari Badan Pengurus Hua Chiua Yoen (Tjoa Koen Tian), Badan Pengurus Sekolah Nasional (Oey Tjin Bie), Kepala Kantor Inspeksi Sekolah Rakyat Kabupaten/ Kotapraja Bogor (RE Hidayat) dan Kepala Kantor Urusan Perumahan Daerah Swatantra Tingkat I Jawa Barat (R Sjarief Soerjanatamihardja) maka pada tanggal 13 Oktober 1959 ditandatanganilah surat perjanjian jual beli antara pihak penjual Ny. Thung Liong Oen-Hoo Goat Hiang dengan pihak pembeli atas nama Mgr. Dr Nicolaus Geise OFM.
Tahun 1961, Prefektur Apostolik Sukabumi ditingkatkan menjadi Keuskupan Bogor dan Mgr. Dr Nicolaus Geise OFM selaku Administrator Apostolik diangkat menjadi Uskup Bogor yang pertama. Pusat keuskupan dipindahkan dari Sukabumi ke Kota Bogor dan gereja St Perawan Maria di kukuhkan menjadi Gereja Katedral Bogor.
Pindahnya pusat keuskupan dari Sukabumi ke Bogor juga diikuti dengan pindahnya Seminari Menengah Stella Maris dari Cicurug ke Bogor. Seminari Stella Maris yang berdiri tahun 1950 semula menumpang di Biara Fransiskan di Cicurug. 1 Agustus 1961, Pater Dr. Remedius Johanes Wijybrands OFM memimpin sebagian siswa Seminari Stella Maris hijrah ke Sukasari ke gedung yang sekarang menjadi Gereja St. Fransiskus Asisi. Gedung Sekolah Chinese kembali di fungsikan menjadi sekolah bukan sekolah umum tetapi menjadi seminari. Namun penggunaan gedung sekolah Chinese menjadi seminari tidak berlangsung lama. 1 Agustus 1963, Seminari Menengah Stella Maris pindah kembali ke Gedung Vincentius di Jalan Kapten Muslihat 22 (kompleks Katedral). Gedung eks sekolah ini kemudian sedikit demi sedikit diperbaiki agar layak dijadikan tempat ibadah.
Hijrahnya para seminaris dari Sukasari ke Kapten Muslihat merupakan awal berdirinya Paroki St. Fransiskus Asisi. Gedung eks Seminari kemudian oleh Mgr. Geise di tetapkan sebagai Gereja kedua di Kota Bogor dan dipercayakan di bawah lindungan St. Fransiskus Asisi. Eks sekolah Chinese dan seminari ini di ubah menjadi tempat ibadah dan Pastor Albuinus Wihelmus Josephus Kohler OFM ditunjuk menjadi Pastor Paroki pertama. Pendirian paroki Sukasari ditandai dengan dicatatnya dalam buku baptis Paroki St Fransiskus Asisi Sukasari, baptisan pertama atas nama Paulus Ang Sui Houw yang lahir tanggal 2 Agustus 1963 dan dibaptis di Kapel Bondongan tanggal 5 Agustus 1963. Dengan berdirinya Paroki St. Fransiskus Asisi, maka stasi Bondongan yang semula berinduk di Gereja St. Perawan Maria Katedral kini menjadi bagian dari Paroki St. Fransiskus Asisi Sukasari.
Perkembangan Paroki
Awalnya umat Paroki St Fransiskus Asisi masih sedikit, namun teritorial paroki cukup luas, di mulai dari Pasar Bogor yang berbatasan dengan Paroki St. Perawan Maria Katedral sampai Megamendung berbatasan dengan Paroki St. Maria Ratu Para Malaikat Cipanas dan juga sampai ke Cicurug berbatasan dengan Paroki Hati Maria Tak Bernoda Cicurug. Organisasi Legio Mariae dan Wanita Katolik adalah organisasi pertama yang ada di Paroki Sukasari.
Legio Mariae pimpinan Ibu Yani Mattheus dan Wanita Katolik pimpinan Ibu Deni Hasyim senantiasa membantu Pater Albuinus Kohler OFM untuk mengunjungi umat yang tersebar di daerah yang terpencil. Namun kunjungan-kunjungan tersebut seringkali menghadapi kendala, seperti teritorial paroki yang luas dan umat yang tersebar, juga kendala situasi politik pada masa menjelang dan sesudah Gestapo tahun 1965 banyak mempengaruhi kegiatan menggereja. Di satu sisi, setelah Gestapo, ada banyak umat baru terutama dari kalangan Tionghoa yang memeluk agama Katolik. Tercatat pada tahun 1966 ada 93 orang dibaptis di Paroki St. Fransiskus Asisi. Namun disisi lain kegiatan mengereja dan berbagai kegiatan organisasi Gereja seringkali menghadapi kendala terutama dalam bidang keamanan.
Awal terbentuknya Paroki, kaum muda yang kebanyakan adalah guru-guru Mardi Yuana dan anggota TNI/POLRI menjadi tulang punggung kehidupan mengereja. Tahun 1965, Pater Albuinus Kohler OFM menata paroki menjadi lebih rapi, mulai di bentuk wilayah Siliwangi, Bondongan dan Suryakencana. Tiga wilayah pertama yang ada di Paroki Sukasari. Bapak St. Kartidjan Ketua Wilayah pertama Bondongan, Bapak Mattheus SW Ketua Wilayah pertama Siliwangi dan Ibu Maria Agnes Yani Mattheus Ketua Wilayah pertama Suryakencana sekaligus wanita pertama yang menjadi ketua wilayah, masing-masing wilayah terdiri atas 7 lingkungan.
Setelah 6 tahun Pater Albuinus Kohler OFM melayani Paroki Sukasari. Tahun 1967, Br. Michael Gerardus Demon OFM dan Br Vincentius Sudarnoto OFM diutus untuk memperkuat komunitas juga membantu di percetakan Grafika Mardi Yuana dan karya pastoral di Paroki Sukasari.
18 Desember 1967 Pater Albuinus Wihelmus Kohler OFM meninggalkan Paroki Sukasari dan kembali ke Belanda. Karya Pastoral di teruskan oleh Pater Fransiskus Hendrikus Van Genuchten OFM serta Pater Alexander Saverinus Lanur OFM. Sosok Pater Frans Genuchten OFM yang ramah dan terbuka ditambah sosok Pater Alex Lanur OFM yang kerap berkunjung dan mengumpulkan kaum muda membuat kegiatan gereja semakin bervariasi dan pastoran pun ramai di datangi oleh kaum muda. Pater Alex Lanur OFM yang hobi bernyanyi mulai mengumpulkan kaum muda dan mahasiswa untuk mulai melatih koor. Br Vincent OFM kerap mendampingi legioner untuk mengunjungi umat.
Dalam masa penggembalaan Pater Frans Genuchten OFM ini di mulailah Novena St. Antonius Padua yang tetap di gemari dan di banjiri umat sampai sekarang. Mei 1968 Pater Alex Lanur OFM pindah ke Paroki Hati Kudus Kramat Jakarta dan diikuti juga dengan pindahnya Pater Frans Genuchten OFM, serta Br. Vincent Sudarnoto OFM. Sebagai gantinya hadirlah Pater Vigilius Edistinus Rijper OFM di sertai Pater Adrian Schellart SMM seorang Imam dari Serikat Maria Monfortan yang sejak akhir tahun 1967, selama 5 tahun tinggal di Susteran Gembala Baik Bondongan dalam rangka pemulihan kesehatan.
Masa penggembalaan Pater Vigilius Rijper OFM tidak lama, namun dalam masa singkat itu Pater Vigilius Rijper OFM masih sempat merenovasi Kapel St. Yakobus Megamendung menjadi sebuah gereja baru di tempat yang sekarang. Akhir tahun 1970, Pater Vigilius Rijper OFM pindah ke Katedral Bogor dan sebagai gantinya hadir Pater Johanes Rudolphus Pruim OFM. Pada masa tugas Pater Jan Pruim OFM daerah Tajur yang sebelumnya bergabung dengan wilayah Siliwangi. Pada tahun 1971, di pisahkan dari wilayah Siliwangi dan dijadikan wilayah tersendiri. Selain itu hadirnya para suster Fransiskanes Sukabumi di Bondongan menggantikan para Suster Gembala Baik (RGS). Sr. Maria Ancilla SFS, Sr Maria Caritas SFS dan Sr Maria Margaretha SFS meneruskan karya tarekat Suster Gembala Baik dan Kapel Gembala Baik di serahkan oleh para suster Gembala Baik kepada Pastor Paroki Sukasari.
Tahun 1972, hadir seorang Imam yakni Pater Johanes Fransiskus Makmun Muhtar OFM yang kerap disapa Pater John Makmun OFM. Kehadiran Pater John Makmun OFM merupakan hadiah terindah dari Tuhan bagi Paroki Sukasari maupun Keuskupan Bogor karena Ia merupakan orang sunda pertama yang menjadi Imam. Tahun 1974 Pater Jan Pruim OFM meninggalkan paroki Sukasari untuk pindah ke Paroki Katedral Bogor, Pater Vigilius Edistius Rijper OFM yang beberapa tahun sebelumnya pernah bertugas di Sukasari kembali memimpin Paroki Sukasari.
Renovasi Besar-besaran
Tahun 1974, Pater V Rijper OFM merenovasi gereja Sukasari, gereja di perbesar. Di kiri kanan tabernakel terpasang jendela besar yang mana dari jendela tersebut dapat melihat keindahan Gunung Salak. Pembangunan berjalan kurang lebih satu tahun dengan di bantu Bapak Fransiskus Tanardi pembangunan gereja dapat dilakukan tepat waktu dan menghasilkan Gereja yang bergaya modern. 5 Oktober 1975 Mgr Ignatius Harsono Pr berkenan memberkati Gereja St. Fransiskus Asisi Sukasari.
Dalam masa pengembalaan ini Pater V Rijper OFM dibantu oleh Romo Andreas J Brotowiratmo Pr Direktur Seminari Stella Maris dan selanjutnya di teruskan oleh Romo Benediktus Soedjarwo Pr yang setiap akhir pekan membantu pelayanan pastoral di Sukasari termasuk diantaranya melayani misa di Kapel St. Yakobus Megamendung. Namun karya pastoral Romo Broto Pr dan Romo Jarwo Pr tidak berlangsung lama. Pada 11 Desember 1977, Gereja St. Fransiskus Asisi diberi kepercayaan untuk menjadi tempat diselenggarakannya pentahbisan Fr. Josep Harjono Marto Harsono Pr menjadi Imam. Setelah ditahbiskan, Rm. Josep Harjono Pr meninggalkan Paroki Sukasari. Sebagai gantinya hadir dua Imam Fransiskan menemani Pater Vigilius Rijper Ofm yang memegang banyak tugas baik sebagai Kepala Perwakilan Mardi Yuana Bogor dan juga sebagai Vikaris Jendral Keuskupan Bogor (Wakil Uskup) yakni Pater Bruno Jakobus Peperzaak OFM seorang ahli kimia dan Fisika yang banyak menulis buku-buku pelajaran tentang kimia dan Fisika dan banyak dipakai di sekolah sekolah pada masa itu dan Pater Johanes Wihelmus Maria Demmers OFM yang punya pengalaman mengurus Yayasan Sekolah Mardi Yuana.
Kegiatan liturgi pun mendapat perhatian yang baik dari Pater V Rijper OFM, itu ditandai dengan dibentuknya kelompok koor paroki yang awalnya dipimpin oleh Pater Rijper OFM namun selanjutnya setelah menemukan orang yang pas maka kelompok koor paroki diserahkan kepada Bapak Hendrikus Oemar Sodho untuk memimpin koor dan didampingi oleh Ibu Guat Lee sebagai organis.
Berita Umat yang merupakan media komunikasi umat diterbitkan oleh Paroki Katedral dan Sukasari sejak tahun 1966. Majalah ini merupakan majalah bersama untuk umat di kedua paroki. Januari 1981, Pater BJ. Peperzaak OFM meninggalkan Paroki Sukasari dan kembali ke negeri Belanda. Sebagai gantinya hadir seorang pastor tamu, Pater Roger Bianchetti seorang Imam berkebangsaan Perancis yang lama berkarya di Vietnam dan Timor Timur. Sebagai pastor tamu, Ia tidak lama berkarya di Sukasari. Namun sosok Pater Bianchetti mempunyai kesan yang mendalam karena ia kerap mengunjungi umat yang tinggal di pelosok.
September 1982, setelah berkarya selama 8 tahun Pater Vigilius Rijper OFM meninggalkan Paroki St. Fransiskus Asisi sebagai gantinya hadir Pater Yustinus Semiun OFM. Awalnya tugas utama Pater Yustinus OFM sebagai pastor mahasiswa keuskupan Bogor. Namun karena Pater V Rijper OFM pindah maka jabatan Pastor Paroki Sukasari sekaligus sebagai Vikaris Jendral Keuskupan Bogor diserahterimakan kepada Pater Yustinus Semiun OFM. Pater Yustinus OFM ditemani oleh Pater J. Demmers OFM dan Pater Kornelius Keyrans OFM yang mulai berkarya di sejak 4 Januari 1983.
Tahun 1983 Paroki Sukasari memiliki 4 wilayah yakni Siliwangi, Bondongan, Suryakencana dan Tajur. Pastor paroki dan dewan baru memfokuskan diri untuk memberikan perhatian pada kegiatan pendalaman spiritual, apalagi pada saat yang bersamaan di Keuskupan Bogor hadir kelompok P3S (Pertemuan Persekutuan Pembangunan Spiritual). Sebuah kelompok pendalaman iman dan Perayaan Ekaristi yang disertai dengan pentahtaan Sakramen Mahakudus. Di Paroki Sukasari kelompok P3S mulai diperkenalkan pada Desember 1982.
Pastor Paroki yang baru juga mulai membentuk dewan paroki yang lebih tertata dan kelompok organisasi didorong untuk lebih aktif dalam mengadakan kegiatan. Mudika, Legio Mariae dan Kelompok Putra Altar menjadi kelompok-kelompok organisasi yang mengalami perubahan yang signifikan. Mudika dan Legio Mariae seringkali menjadi motor dalam berbagai kegiatan paroki, entah itu sebagai lektor, kelompok paduan suara, pengajar sekolah minggu, fasilitator pendalaman KS di wilayah. Pater Kornelius K OFM juga mendorong anggota Legio Mariae untuk membuka toko rohani sebagai bentuk pelayanan terhadap kebutuhan umat.
Sebuah tradisi baru dimulai oleh Pater Kornelius OFM yang kerap mengajak legioner untuk mengadakan kunjungan khusus pada Natal dan Paskah kepada umat yang sakit dan Lansia. Pater Kornelius OFM sendiri yang memimpin kunjungan tersebut. Bisa dikatakan pada tahun-tahun tersebut kaum muda mengulangi sejarah paroki menjadi tulang punggung gereja.
Desember 1983, sebuah kelompok organisasi ibu-ibu lahir di Paroki Sukasari. Kelompok Ibu-Ibu St. Clara dengan di motori oleh Ibu Sutidjo dan Ibu Anna Bayu, kelompok ibu-ibu St Clara ini mempunyai tugas untuk mengurus konsumsi dan rumah tangga pastoran dan juga ikut bertugas akan kebersihan dan keindahan Gereja.
Awal tahun 1984, Pastor Yustinus S OFM meresmikan pemekaran Wilayah Siliwangi ini merupakan pemekaran kedua kalinya bagi wilayah Siliwangi sebelumnya tahun 1971 Wilayah Tajur dipisahkan dari Wilayah Siliwangi kini giliran Lingkungan Lawang Gintung, Batutulis dan Cipaku dipisahkan dari Wilayah Siliwangi. Ketiga Lingkungan itu digabungkan menjadi sebuah wilayah baru yakni Siliwangi II dengan Ketua Wilayah pertama Bpk Otto Hegelund, sementara Lingkungan Sukamulya, Sukasari dan Bantarkemang menjadi Wilayah Siliwangi I dengan Ketua Wilayah Bpk JB Amo. Pengembangan wilayah merupakan anugerah bagi paroki Sukasari dan anugerah kedua ialah hadirnya seorang Imam baru pada 31 Maret 1984. Pater Nicolaus Surata Dhartosuratno OFM yang akrab dipanggil Pater Nico Darto OFM adalah seorang imam yang baru saja ditahbiskan. Romo ini punya perhatian yang tinggi akan kegiatan kaum muda dan pastoral umat.
Berbagai kegiatan diadakan untuk membuat kaum muda semakin bersemangat diantaranya olahraga bersama setiap hari Sabtu sore di lapangan SMA Mardi Yuana kegiatan kunjungan pastoral merupakan kegiatan yang setiap sore dilakukan oleh imam muda ini. Hanya satu tahun Pater Nico Dharto OFM melayani umat Sukasari. April 1985, Pater Nico Darto OFM meninggalkan Paroki Sukasari menuju tempat tugasnya yang baru di Flores. Sampai dengan akhir tahun 1984 Paroki St. Fransiskus Asisi terdiri atas 5 wilayah dan 17 lingkungan serta 26 rukun.
Tahun 1985 Bapak Uskup Mgr Ignatius Harsono Pr menempatkan seorang Frater Praja Bogor untuk menjalani SOP (Semester Orientasi Pastoral/TOP) selama 6 bulan dan frater yang diberi kesempatan pertama untuk menjalani SOP di Paroki Sukasari adalah Frater Yohanes Maria Ridwan Amo Pr. Ini merupakan sebuah kejadian yang unik karena Frater Ridwan Amo Pr adalah putra Paroki Sukasari dan orangtuanya adalah aktivis paroki. Selain itu sejak Juni 1985, Mgr. Ignatius Harsono Pr meminta kesediaan para Imam di Sukasari untuk membantu karya pastoral di stasi Cikotok-Cirotan.
Kedua stasi itu adalah stasi dari Paroki Hati Maria Tak Bernoda Rangkasbitung jarak perjalanan dari Bogor ke Cikotok-Cirotan sekitar 7 jam. Sejak Juni 1985-Juni 1988 setiap Sabtu–Minggu ke-IV para Legioner Sukasari bersama Pater Kornelius OFM mengadakan kunjungan pastoral ke Stasi Cikotok –Cirotan. Kegiatan tersebut selalu diakhiri dengan Misa Kudus. Tahun 1986 diadakan sensus dan umat Paroki St. Fransiskus Asisi Sukasari berjumlah 2800 umat.
Tahun 1987-1988 Paus Yohanes Paulus II mencanangkan tahun tersebut sebagai Tahun Maria. Pencanangan tahun Maria ini disambut oleh Pastor Paroki dan Dewan Paroki dengan berbagai kegiatan rohani entah itu bazar, Novena St. Maria yang diadakan setiap bulan, pendalaman iman di wilayah sampai juga Ziarah ke 9 Gua Maria di Keuskupan Bogor. Sepanjang tahun itu paroki membuat berbagai kegiatan. Selain itu untuk kedua kalinya Mgr. Ignatius Harsono Pr memberi kesempatan kepada Paroki Sukasari untuk menjadi tempat terselenggaranya tahbisan diakon bagi Fr. Fabianus Sebastian Heatubun Pr dan Fr. Albertus Simbul Gaib P Pr pada 5 Oktober 1987 dan 6 bulan kemudian pada 24 April 1988 kedua diakon tersebut ditahbiskan menjadi Imam di paroki Sukasari penyelenggaraan tahbisan diadakan dengan inkulturasi Sunda lengkap dengan tari-tarian dan tak kalah menariknya adalah koor dibawakan dengan apik oleh anak-anak SD Mardi Yuana Bondongan.
Puncak kegiatan Tahun Maria yang diselelenggarakan di Paroki Sukasari adalah Perarakan Patung Bunda Maria. Ide dari para Legioner direspon dengan sangat baik oleh Pastor paroki, Legio Mariae di beri kesempatan untuk menjadi panitia dan penyelenggara acara. Perarakan Patung Bunda Maria diadakan pada Minggu, 14 Agustus 1988 Perarakan di awali di Kapel Bondongan melintasi Jl. Bondongan, Empang, Suryakencana dan berakhir di Gereja St. Fransiskus Asisi. Di sepanjang jalan banyak umat yang berlutut dan membuat tanda salib manakala Patung Bunda Maria lewat. Dua peristiwa penting ditahun 1988 yakni Tahbisan Imam dan Perarakan Patung Maria merupakan hadiah terindah dari Tuhan bagi Paroki St Fransiskus Asisi Sukasari yang tahun itu merayakan ulang tahun ke-25. Selain berbagai kegiatan rohani yang diselenggarakan oleh dewan paroki, Pater Yustinus OFM mengajak dewan paroki untuk mulai memikirkan pengembangan gereja dan pastoran, apalagi jumlah umat tahun 1988 berjumlah 3034 orang.
Awal tahun 1989, Pastoran Sukasari bertambah jumlah anggotanya dengan kehadiran Mgr. Ignatius Harsono Pr yang dalam masa pemulihan kesehatan tinggal di pastoran Sukasari, juga hadir Fr. Agustinus Surianto Pr yang menjalani Tahun Pastoral. Kehadiran Fr. Agust Surianto Pr merupakan nostalgia baginya karena semasa kecil Fr Agust pernah tinggal di Sukasari I dan menjadi umat paroki Sukasari. Jadi seperti pulang kampung.
4 Februari 1990 di Gereja St Paulus Depok diselenggarakan tahbisan Imam diosesan sebanyak 6 orang, diantaranya Diakon Agustinus Surianto Pr dan Diakon Yohanes Ridwan Amo Pr. Setelah tahbisan, Pater Agust Surianto Pr ditugaskan menjadi pastor pembantu di Paroki Sukasari menggantikan Pater Kornelius Keyrans OFM yang telah berkarya selama 7 tahun. Februari 1990 Pater Kornelius K OFM meninggalkan Sukasari menuju Cianjur dan menerima tugas sebagai Pastor Paroki Cianjur.
Komsos menjadi titik perhatian dari Pater Agust S Pr. Sejak tahun 70an Paroki Sukasari dan Katedral mempunyai media komunikasi yang sama ialah BERITA UMAT. Namun sejak Keuskupan Bogor menerbitkan Majalah Mekar pada tahun 1985 Pastor Paroki memutuskan untuk mengalihkan media komunikasi dari BERITA UMAT ke MEKAR. Pengalihan tersebut tidak berlangsung lama sekitar 2 tahun, akhir tahun 1987 Majalah MEKAR tidak terbit lagi dan sejak itu Paroki Sukasari tidak lagi memiliki majalah komunikasi.
Tahun 1989, Ibu Conny Susanto memulai sebuah buletin Wilayah Tajur sebagai media komunikasi untuk umat Tajur terbitnya buletin Wilayah Tajur kemudian diikuti dengan terbitnya Media Fransiskus Wilayah Siliwangi I pada bulan Juli 1989. Melihat kedua buletin tersebut, akhirnya Pater Agust Pr mengumpulkan para anggota redaksi kedua buletin tersebut dan mengajak untuk mengabungkan kedua buletin tersebut menjadi sebuah media komunikasi baru untuk paroki Sukasari yang di beri nama “BERITA PAROKI”. Juni 1991 terbitlah edisi perdana BERITA PAROKI dengan didampingi oleh Pater Agust Pr dan diketuai oleh Ibu Conny Susanto serta dibantu oleh Peter Suriadi, Cyntia, Yuli, A Wahyudi memulai media komunikasi baru untuk umat Sukasari.
Estafet Kepemimipinan
17 Juli 1993 Paus Yohanes Paulus II mengabulkan permohonan pengunduran diri Mgr. Ignatius Harsono Pr sebagai Uskup Bogor setelah 18 tahun menjadi Uskup mengundurkan diri karena kesehatannya mengalamai kemunduran. Untuk selanjutnya Paus Yohanes Paulus II menunjuk Mgr. Dr. Leo Soekoto SJ Uskup Agung Jakarta untuk merangkap menjadi Administrator Apostolik Ad Nutum Sanctae Sedis untuk Keuskupan Bogor. Sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Bogor, Mgr. Leo Soekoto SJ menata kuria Imam Keuskupan Bogor termasuk diantaranya mengadakan mutasi para Imam diantara juga para Imam di Paroki St. Fransiskus Asisi Sukasari. Pater Yustinus Semiun OFM setelah 11 tahun menjadi pastor Paroki meninggalkan Paroki Sukasari sebagai gantinya di tunjuklah Mgr. Valentinus Winardi Kartosiswoyo Pr (Sekretaris eksekutif KWI). Hadir pula Pater Tarsisius Suyoto Pr dan Pater Yohanes Hardono Pr yang menggantikan Pater Agustinus Surianto Pr. Kehadiran tiga imam baru tersebut tetap di dampingi oleh Pater Johanes Demmers OFM.
Kehadiran para Imam baru membuat suasana paroki semakin cerah, apalagi ditambah dengan khotbah-khotbah yang menarik yang selalu dibawakan oleh Mgr V Kartosiswoyo. Walau beliau hanya bisa hadir setiap akhir pekan di Sukasari, kehadiran Mgr Kartosiswoyo selalu di tunggu oleh umat, senyumnya yang penuh dengan kebapakan, postur tubuhnya yang tinggi dan berwibawa serta suaranya yang lantang dalam berkhotbah membuat banyak orang menyukai kehadiran imam ini. Salah satu yang menjadi keprihatinan Mgr. V Kartosiswoyo pr adalah pastoran Sukasari yang sudah semakin tua dan gelap karenanya rencana Pater Yustinus OFM untuk merenovasi pastoran, di teruskan oleh Mgr Kartosiswoyo Pr. Ketika pembangunan Pastoran tengah berlangsung, sebuah kabar gembira di terima oleh umat Keuskupan Bogor.
18 Juli 1994, Paus Yohanes Paulus II menunjuk Pater Michael Cosmas Angkur OFM menjadi Uskup Baru Bogor. Umat bergembira karena akhirnya kekosongan uskup terisi sudah. Mgr Dr Leo Soekoto SJ mengakhiri tugasnya sebagai Administrator Apostolik dan menyerahkan tongkat estafet penggembalaan kepada Mgr. Michael Cosmas Angkur OFM yang ditahbiskan menjadi Uskup Bogor pada tanggal 23 Oktober 1994.
Setelah ditahbiskan menjadi Uskup Bogor, Mgr. Michael Angkur OFM kemudian merombak personil para imam di Keuskupan Bogor termasuk diantaranya Pastor Paroki Sukasari. Pater Benediktus Soedjarwo Pr ditunjuk untuk meneruskan karya pengembalaan. Bagi Romo Jarwo Pr tugas di Sukasari merupakan tugas kedua kalinya di Sukasari, kali ini Romo Jarwo Pr ditugaskan menjadi Pastor Paroki sekaligus Vikaris Jendral Keuskupan Bogor. Juli 1995 Pastoran baru diresmikan, peresmian pastoran baru sekaligus sebagai acara perpisahan dengan Mgr. Valentinus Winardi Kartosiswoyo Pr. Kehadiran Romo Jarwo Pr merupakan obat yang mujarab bagi Paroki Sukasari, pembawaaannya yang ramah dan gampang bergaul dengan siapa saja membuat Romo Jarwo Pr amat dekat dengan umat. Guru-guru Mardi Yuana dan anak –anak sekolah banyak dilibatkan dalam pelbagai kegiatan mengereja. Tahun 1995, Romo Yohanes Hardono Pr meninggalkan Sukasari dan di gantikan Romo Yustinus Dwi Karyanto Pr. Pindahnya Romo Y Hardono diikuti dengan pindahnya Romo T Suyoto Pr dan digantikan oleh Romo Christoforus Lamensani Pr.
25 November 1996, umat Paroki Sukasari berduka karena Pater Johanes Wihelmus Maria Demmers OFM meninggal dunia di RS St Carolus Jakarta. 18 tahun Pater J Demmers OFM melayani umat Sukasari baik sebagai pastor pembantu maupun sebagai perwakilan Yayasan Mardi Yuana Bogor. Pater J. Demmers OFM merupakan Imam Fransiskan terakhir yang berkarya di Paroki Sukasari.
Paskah bulan April 1999 Romo Benediktus Sudjarwo Pr mengehembuskan nafasnya di usianya 51 tahun. Romo Sudjarwo Pr meninggal ketika Ia bersama Romo Alfonsus Sutarno Pr dan beberapa umat sedang melakukan ziarah ke Kuningan. Kepergiannya meninggalkan duka yang dalam, sekali lagi paroki dan umat kehilangan Imam yang sederhana dan selalu ramah menyapa umat. Sepeninggal Romo Benediktus Sudjarwo Pr. Romo Christoforus Lamensani Pr ditunjuk sebagai pejabat sementara Pastor Paroki Sukasari di bantu dengan Romo Alfonsus Sutarno Pr. Tentunya tidak mudah bagi Romo Christo Pr dan Romo Tarno Pr dalam menggembalakan umat Sukasari.
Desember 1999, sebuah kabar baik diberikan oleh Mgr Michael Angkur OFM kepada umat Sukasari dengan mengutus Romo Benyamin Sudarto Pr sebagai Pastor Paroki dan Vikaris Jendral Keuskupan serta juga merangkap tugas sebagai ketua perwakilan Yayasan Mardi Yuana Bogor, selain itu juga diutus Romo Albertus Simbul Gaib Pratolo pr untuk menjadi Pastor rekan di Sukasari dan tentunya Romo Alfonsus Sutarno Pr. Dalam beberapa hal Romo Sudarto Pr meneruskan apa yang sudah dimulai oleh Romo Jarwo Pr tetapi di sisi lain Romo Sudarto Pr menaruh perhatian akan bangunan Gereja St. Fransiskus Asisi yang telah berusia 25 tahun setelah pemugaran yang dilakukan oleh Pater V Rijper OFM. Romo Sudarto Pr segera membentuk panitia renovasi gereja. Gereja di perluas ke kiri dan ke kanan serta juga ke belakang di bangun juga balkon untuk menampung umat, sakristi di perbesar selain itu juga dibangun Aula St. Antonius dan ruang St. Maria di bawah gereja yang dapat digunakan sebagai tempat untuk perayaan ekaristi dan juga bisa dipakai untuk rapat.
Dalam renovasi ini Romo Sudarto Pr tidak menghilangkan ciri dari gereja lama bahkan corak sebagai gereja yang berlindung di bawah lindungan St. Fransiskus Asisi lebih di tonjolkan bukan hanya dengan warna coklat yang identik dengan jubah para fransiskan yang berwarna coklat menghiasi pintu dan jendela gereja tetapi juga dua buah patung yakni patung St Fransiskus Asisi dan patung St Antonius Padua dengan megah di pasang di atap gereja. Di tambah lagi gambar dua tangan yang melambangkan ciri persaudaraan Fransiskan yang ditampilkan diatas Tabernakel.
Selain bangunan yang di renovasi, Romo Sudaro Pr juga mengajak umat untuk lebih terlibat aktif dalam kehidupan sakramental. Ini dikongkritkan dalam bentuk pendirian kelompok Prodiakon. Selain itu di bidang Liturgi, Romo Sudarto Pr dan Dewan Paroki mengadakan Misa perayaan Imlek selain itu perhatian di bidang pewartaaan didorong dengan diadakannya Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP) juga di bidang PSE dalam rupa koperasi paroki juga bidang hubungan antar agama dan kepercayaan diberi perhatian yang cukup. Dalam suasana gereja yang baru saja mengalami renovasi 2 Februari 2002 Paroki St. Fransiskus Asisi diberi kesempatan untuk menjadi tempat terselenggaranya tahbisan Imam, Romo Stefanus Sri Haryono Putro Pr dan Romo Thomas Gregorius Slamet Riyadi Pr peristiwa tahbisan ini menjadi penting karena Romo Thomas Slamet Riyadi Pr merupakan putera dari paroki Sukasari.
Renovasi gereja juga diikuti dengan perubahan dan penyempurnaan logo dan stempel Gereja. Perubahan ini diikuti dengan dimulainya penamaan wilayah-wilayah yang ada dengan nama-nama orang Kudus, sehingga Wilayah Siliwangi I menjadi Wilayah St. Thomas Aquino, Wilayah Suryakencana menjadi Wilayah St. Agustinus, Wilayah Bondongan menjadi Wilayah St. Maria Fatima, Wilayah Tajur menjadi Wilayah St. Antonius dan Wilayah Siliwangi II menjadi Wilayah St. Stefanus. Bukan hanya wilayah, tetapi juga lingkungan-lingkungan dirapihkan dan diberi nama orang kudus. Perapihan juga dilakukan dengan perapihan di dewan paroki dengan memasukkan dewan keuangan kedalam struktur Dewan Paroki St. Fransiskus Asisi. Tidak lupa juga dengan Gereja St Yakobus Megamendung yang selama bertahun-tahun menjadi bagian dari Paroki Sukasari. Pada masa ini Gereja St. Yakobus Megamendung diberi Imam yang secara definitf memimpin Paroki St. Yakobus Megamendung. Romo Albertus Simbul Gaib Pratolo Pr selain sebagai pastor kapelan di Sukasari juga diberi tugas untuk merangkap menjadi Pastor Paroki St. Yakobus Megamendung.
Setelah 6 tahun Romo Sudarto Pr memimpin paroki Sukasari. 8 Januari 2006 jabatan Pastor Paroki pun diserah terimakan kepada Pastor Yohanes Ridwan Amo Pr. Pindahnya Romo Sudarto Pr juga mengakhiri rentang panjang tradisi selama 30 tahun (1975-2005) Pastor Paroki Sukasari selalu merangkap sebagai Vikaris Jendral Keuskupan Bogor. Kehadiran Romo Ridwan Amo Pr sudah tidak asing lama bagi umat Sukasari, Ia selama belasan tahun menjadi umat Paroki Sukasari, kedua orang tuanya adalah mantan aktivis paroki. Romo Ridwan Amo pr di temani oleh Romo Markus Santoso Pr dan Romo Stanislaus Pujiantoro Pr. Salah satu yang menjadi titik perhatian Romo Ridwan Amo pr adalah pengelolaan uang paroki dan pemberdayaan seksi-seksi. Romo Ridwan Amo Pr menunjuk beberapa umat yang paham akan tata kelola keuangan untuk ikut berpartisipasi dalam mengelola dan mengawasi keuangan paroki. Seksi-seksi di beri kepercayaan untuk membuat rencana kerja dan bertanggung jawab atas penggunaan dana dalam setiap kegiatan yang dilakukan.
Dewan Paroki ditata dengan melibatkan salah satu ketua wilayah yang ada untuk menjadi wakil ketua dewan. Sekretariat Paroki di dorong untuk melakukan pembaharuan pengarsipan dan pengelolaan kesekretariatan yang lebih baik, tentunya dengan menggunakan perangkat kerja yang lebih maju sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Wilayah-wilayah didorong unuk mulai memikirkan pemekaran atau pengembangan wilayah. Kesempatan ini ditangkap dengan baik oleh Wilayah St. Stefanus Siliwangi II untuk memekarkan wilayahnya menjadi dua wilayah, Wilayah St. Stefanus Cipaku dan Wilayah St. Michael Siliwangi II. Wilayah St. Michael dengan dikomandani oleh Bapak Antonius Sukoco merupakan wilayah ke-6 dari Paroki St Fransiskus Asisi dengan territorial daerah yang meliputi Lingkungan Lawang Gintung sampai dengan Batutulis.
Sementara Wilayah Cipaku yang diketuai oleh Bapak Stefanus Indra Wahyu mempunyai lingkup daerah Cipaku dan sekitarnya. Pemekaran wilayah bukan hanya bertujuan agar pelayanan kepada umat lebih efektif tetapi juga disebabkan jumlah umat yang bertambah, seiring banyaknya perumahan-perumahan baru dalam lingkungan Paroki St. Fransiskus Asisi. Pertambahan umat dan hadirnya perumahan–perumahan baru menuntut dewan dan Pastor Paroki mulai memikirkan untuk mengembangkan Gereja dan Pastoran. Bukan hanya saja Gereja dan Pastoran Sukasari yang dipikirkan untuk dikembangkan tetapi juga keberadaan Kapel St Maria Fatima Bondongan juga mulai dipikirkan untuk di renovasi. Karenanya para pengurus wilayah St Maria Fatima Bondongan bersama umat, Pastor Parokidan dewan paroki bahu membahu untuk memulai renovasi Kapel St Maria Fatima.
Pada tahun 2009, Kapel St. Maria Fatima Bondongan selesai direnovasi dan diberkati oleh Mgr. Michael Angkur OFM menjadi kapel yang lebih besar, lebih megah dan indah. Pembangunan dan renovasi di Kapel Bondongan kemudian diikuti dengan perencanaan renovasi Pastoran. Keterbatasan tempat dan aula paroki mendorong Romo Ridwan Amo Pr untuk membangun sebuah aula yang dapat dipakai sebagai tempat untuk misa dan juga sebagai aula yang dapat disewakan kepada umat. Diatasnya dipikirkan untuk di bangun pastoran. Di kala dewan dan pastor paroki sedang merencanakan sebuah pembangunan aula, kembali Paroki Sukasari harus berduka dengan meninggalnya Romo Stanislaus Kotska Pujiantoro Pr seorang imam yang sederhana dan apa adanya.
29 Mei 2009, Romo Stanislaus Kostska Pujiantoro Pr menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam usia 55 tahun. Pertengahan 2009 Romo Ridwan Amo Pr memulai untuk mensosialisasikan rencana pembangunan aula dan pastoran pada dewan paroki dan dewan menyambut gembira rencana tersebut. Beberapa bulan kemudian pembangunan pun dimulai Pastor paroki memulai dengan peletakan batu pertama pembangunan. Pastoran lama yang 14 tahun yang lalu di renovasi di rubuhkan, di tempat tersebut dibangun pastoran, aula dan lapangan parkir. Di tengah-tengah kesibukan dan proses renovasi pastoran Sukasari Mgr Michael Angkur OFM melakukan penyegaran di Paroki Sukasari, Romo Ridwan Amo Pr mendapat kesempatan untuk berkarya di Paroki Maria Ratu Segala Bangsa Cibubur selanjutnya Pastor Paroki Sukasari diserahterimakan kepada Romo Ignatius Heru Wihardono Pr.
Paroki St Fransiskus Asisi di Usia Emas.
Juni 2010, Romo Heru Wihardono Pr memulai karya Pastoralnya di Sukasari, ditemani oleh Romo Robertus Eeng Gunawan Pr dan Romo Antonius Garbito Pamboaji Pr. Hal yang menjadi perhatian dari Romo Heru Wihardono Pr adalah menata struktur dewan paroki dengan mencoba sebanyak mungkin melibatkan banyak umat untuk terlibat dalam kegiatan paroki. Seluruh seksi diajak untuk menyusun rencana kerja dan menyusun anggaran dari kegiatan-kegiatan yang akan diadakan.
Seksi-seksi yang ada digabungkan dalam bidang-bidang kegiatan seperti bidang liturgi, PSE, pewartaan, persekutuan dan OMK. Semua bidang mendapat perhatian yang serius, terutama pada bidang-bidang liturgi, peralatan dan perlengkapan liturgi di lengkapi dan dirapihkan. Kelompok koor didorong untuk semakin banyak jumlah kelompok koor maupun semakin banyak umat yang ikut dalam kegiatan koor. Interior Gereja ditata untuk dapat membantu umat menjadi lebih khusuk dalam beribadah. Selain liturgi, bidang PSE juga mendapat perhatian yang sama, PSE didorong untuk tidak hanya sekedar menjadi seksi sosial tetapi juga didorong untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat membina dan mengembangakan umat, sehingga diharapkan umat yang mengalami keterbatasan dalam bidang ekonomi, perlahan-lahan dapat bangkit menjadi lebih maju.
Kaum muda yang menjadi tulang punggung Gereja dan Harapan di masa mendatang mendapat perhatian dengan diberikannya kesempatan kepada kaum muda (OMK) untuk aktif bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan paroki. Tugas-tugas serius dipercayakan kepada OMK, entah mengelola cafe, berpartisipasi dalam kegiatan seni dalam rupa kelompok koor, drama sampai keterlibatan OMK sebagai panitia inti perayaan Natal. Bidang pewartaan diberi kesempatan untuk berkreasi dalam mewartakan ajaran-ajaran gereja, entah itu dalam hal katekumen, pendidikan bagi BIA, kelompok Kitab Suci dan KEP dan yang tidak kalah pentingnya adalah diadakannya berbagai seminar entah di bidang liturgi, pewartaan, katekese maupun pendidikan bagi umat. Kegiatan seminar ini diadakan supaya umat semakin mengerti dan memahami iman Katolik.
Pengelolaan Rumah Tangga Gereja dan Pastoran juga menjadi hal yang penting, bidang rumah tangga diberi kepercayaan penuh untuk mengelola rumah tangga dan inventaris Gereja dan pastoran dan juga aula paroki. Pengembangan wilayah dan paroki juga dipikirkan dengan matang, salah satunya ialah dimekarkannya Wilayah St. Antonius Tajur pada tahun 2012. Wilayah St. Antonius Tajur di mekarkan menjadi dua wilayah yakni Wilayah St. Maria Magdalena Pakuan. Wilayah St. Maria Magdalena merupakan wilayah ke 7 yang mempunyai teritorial di daerah perumahan Pakuan Tajur.
Dalam rangka menyambut pesta Emas Paroki, Pastor Paroki dan dewan mencanangkan berbagai kegiatan rohani dan rekreasi yang bertujuan untuk membuat umat semakin bersaudara. Sebagai paroki yang berlindung pada sosok Santo Fransiskus Asisi yang note bene St. Fransiskus Asisi sangat menekankan persaudaraan. Januari 2012, Aula dan Pastoran baru telah di resmikan dan diberkati oleh Mgr Michael Angkur OFM.
Dalam rangka pesta emas paroki, Romo Ignatius Heru menata panti Imam Paroki menjadi Panti Imam yang indah dan penuh dengan makna. Keindahan panti imam diharapkan mampu membawa umat untuk lebih khusuk lagi berdoa.Dalam masa pengembalaan ini hadir dua Imam muda yang membantu di Sukasari yakni RD Ign. Irwan Sinurat dan RD. H. Hendrik Arief.
22 Februari 2014, Keuskupan Bogor mendapat anugerah dengan hadirnya Uskup baru Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM, dengan semangat pelayanan Uskup baru menata personil para Imam yang ada di Sukasari. Oktober 2014, RD. Heru Wihardono dan RD. Hendrik Hilarion mendapat penugasan baru, dan untuk selanjutnya Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM mengutus RD. Markus Lukas dan RD. Ag Adi Indiantono untuk berkarya di Sukasari bersama RD. Ign Irwan Sinurat.
Di usia yang ke 56, Paroki St Fransiskus Asisi Sukasari mempunyai teritorial di mulai dari Pasar Bogor yang berbatasan dengan Paroki Katedral sampai dengan Kinasih yang berbatasan dengan Paroki Hati Maria Tak Bernoda Cicurug dan juga sampai di Gadog yang berbatasan dengan Paroki St. Yakobus Megamendung. Umat tersebar di 7 Wilayah, Wilayah St. Thomas Aquino Siliwangi, Wilayah St. Agustinus Suryakencana, Wilayah St. Maria Fatima Bondongan, Wilayah St. Antonius Tajur, Wilayah St. Stefanus Cipaku dan Wilayah St. Maria Magdalena Pakuan. Ke 7 wilayah tersebut terdiri atas 43 lingkungan dan 156 rukun. Dengan jumlah umat 6.999 orang. Mayoritas umat adalah keturunan Tionghoa, Jawa dan juga Flores.
Selain di Gereja St. Fransiskus Asisi, perayaan Ekaristi juga dirayakan di Kapel St. Maria Bondongan. Sebanyak 5 kali perayaan Ekaristi dirayakan pada hari Sabtu dan Minggu. Misa harian juga dirayakan di kapel dan gereja setiap harinya. Paroki juga diramaikan dengan berbagai kegiatan kategorial entah itu kelompok doa karismatik, kelompok doa lainnya, kelompok meditasi, kelompok-kelompok pendalaman iman. Paroki juga dihiasi dengan hadirnya organisasi–organisasi paroki seperti Legio Mariae yang juga pada tahun ini akan merayakan pesta emasnya, kelompok Wanita katolik, OMK , kelompok Ibu-Ibu St Clara dan kelompok Lansia. Yang tidak kalah mengembirakan adalah rahmat panggilan yang diberikan kepada putra-putri Paroki St. Fransiskus Asisi yang dengan penuh kecintaan menanggapi panggilan Tuhan dengan menjadi Imam dan biarawati. Kita bersyukur atas rahmat panggilan bagi Pater Paulus Lie Ka Kwi OFM Conv, Pater Robertus Agung Suryanto OFM, Pater Thomas Gregorius Slamet Riyadi Pr, Pater Ignatius Widiaryoso OFM dan juga Sr. Yohana Fransiska Yaniwati L FMM.
Angelo Wahyudi