Natal dan Ekologi

Natal tahun 2020 ini adalah Natal yang istimewa. Istimewa karena untuk pertama kalinya kita akan merayakan kelahiran Yesus Kristus dalam keadaan pandemi yang masih berlangsung. Perayaan Natal yang berdekatan dengan hari pergantian tahun dan libur akhir tahun menjadikan Natal adalah saat yang tepat untuk bertemu dan berkumpul baik bersama keluarga maupun bersama sahabat. Dan dalam suatu perayaan, tidak akan lengkap tanpa adanya makan bersama.

Lalu, apa hubungannya antara Natal dan Ekologi? Natal adalah perayaan kelahiran Yesus ke dunia dan kelahiran adalah makna dari kehidupan. Hidup yang bermakna adalah hidup yang memiliki tanggungjawab di dalamnya. Dan dengan tanggungjawab itu, kita sebagai orang Katolik diajak untuk ikut berperan serta untuk menciptakan tatanan dunia yang lebih baik. Keprihatinan Paus Fransiskus dalam melihat keadaan dunia saat ini, melahirkan suatu ensiklik yang dinamakan Laudato Si’. Laudato Si’ mendorong agar setiap umat beriman menghidupi semangat melestarikan alam hingga di tingkat terkecil yaitu pribadi per pribadi dan dari hal yang paling sederhana di sekitar mereka. Dan salah satu aspekyang juga disinggung dalam Laudato Si’ adalah tentang makanan.

Salah satu bukti dari cinta Allah pada kita adalah dengan indahnya seluruh alam ciptaan, berlimpahnya bahan makanan, dan berjuta jenis makanan yang bisa didapat dari alam. Kita tentu sangat bersyukur dengan semua anugerah ini. Dan sebagai timbal baliknya, kita diminta untuk dapat bertanggung jawab dalam menikmati berkat-berkat itu. Tahun ini, Keuskupan Bogor menetapkan tema AAP “Natal : Paradigma Baru Terhadap Makanan.” Kita diajak untuk peduli terhadap sesama melalui makanan dan memandang makanan dengan sudut pandang yang baru.

Sudut pandang baru itu adalah dengan cara menghargai makanan, karena dengan kita menghargai makanan berarti kita menghargai Allah, sang pemberi makanan bagi seluruh ciptaanNya. Tindakan nyatanya adalah dengan tidak menyia-nyiakan makanan dan tidak mudah menjadikan makanan atau bahan makanan sebagai sampah. Paus Fransiskus berkata : “Membuang makanan tak ubahnya mencuri makanan dari meja orang miskin dan kelaparan.” Dalam Laudato Si’ no 211, kita dianjurkan untuk masak secukupnya saja untuk dimakan. Tidak perlu berlebihan sehingga akhirnya terbuang sia-sia.

Makan dan makanan tidak hanya sekedar bermakna lahiriah melainkan mengandung makna moral, sosial, dan rohani. Makan menegaskan kehadiran, janji dan anugerah Allah dalam kehidupan. Melalui makan dan makanan Allah harus dimuliakan. Makanan adalah sarana perjumpaan, sarana berkat, sarana penghubung dan persekutuan kita dengan Allah. Melalui makanan kita dapat berjumpa dengan sesama, dengan makanan kita bisa menjadi berkat dan diberkati orang lain. Saat perjamuan malam terakhir, Yesus meminta murid-muridNya untuk mengenang diri-Nya dan kehadiran-Nya dalam perjamuan makan dan minum. Ini juga menjadi sarana persekutuan Allah dengan umatNya dan antar sesama umat.

Ajakan dalam AAP 2020 ini tentang bagaimana kita mempunyai paradigma baru dalam memandang makanan, yaitu bahwa perlakuan kita terhadap makanan merupakan salah satu wujud kasih kita kepada Allah. Sebagai umat Katolik kita wajib mensyukuri berbagai anugerah alam yang ada (air, bumi, udara dan tanaman/pepohonan) dengan melakukan hal nyata untuk menjaga, merawat dan melestarikan anugerah alam tersebut.

Dengan membangun kepekaan dan kepedulian terhadap sesama ciptaan baik sesama manusia, maupun dengan alam sehingga terciptalah hidup yang harmonis. Salah satu ungkapan sikap ini adalah dengan berhenti sejenak untuk bersyukur kepada Allah sebelum dan sesudah makan. Doa ini mengingatkan kita akan ketergantungan hidup kita pada Allah, memperkuat rasa syukur atas segala karunia ciptaan, mengakui upaya mereka yang telah menyediakan hidangan tersebut, dan meneguhkan solidaritas dengan mereka yang paling berkekurangan.

Selamat merayakan Natal, selamat menikmati anugerah Allah melalui perjumpaan dan perjamuan makan. Dan selamat karena kita sudah dapat melihat makanan dengan cara pandang baru dan makin menjadi umat Katolik yang semakin mencintai alam dan ekologis.

( Prissilia Susanta )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *