ArtikelSeputar Paroki

World Marrige Day 2021

Perayaan Hari Perkawainan  Sedunia yang diadakan setiap minggu ke dua yang jatuh pada bulan februari , kembali diadakan di Gereja St. Fransiskus Asisi, Sabtu (20/2). Perayaan kali ini diadakan dengan situasi berlangsung. Tema peringatan yang diambil pada tahun ini “We Found Love and Happines Even in the Pandemi Wave” (kami menemukan cinta dan kebahagiaan meskipun dalam gelombang pandemi) oleh Komisi Keluarga Keuskupan Bogor.

Misa konselebrasi  dipimpin oleh Uskup Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM didampingi Pastor Paroki Sukasari RD. Yustinus Dwi Karyanto dan RP. Bonefaius Budiman OFM.

Dalam homilinya Bapa Uskup mengatakan  dimasa pandemi ini kita seperti dalam keadaan kehabisan semangat atau kehabisan anggur (seperti perkawinan di Kana), tetapi hal pandemi ini bukan menjadikan kita tidak bisa berbuat sesuatu, justru komisi keluarga mengajak kita semua keluarga-Keluarga  di keuskupan ini agar disaat pandemi ini, dimana keluarga itu menjadi fokus perhatian menjadi sentral kehidupan  setiap orang.  Karena kita dibatasi untuk pergi kekerumunan orang diluar sana. Mau tidak mau kita kembali ke keluarga kita, mau tidak mau kembali ke rumah kita. Dimana kita bertemu tokoh utama dalam keluarga yaitu suami dan istri dan anak-anak yang dilahirkan.

Dan Puji Tuhan ditengah pandemi yang memakan emosi, memakan tenaga, memakan pikiran, pada hari ini kita menegaskan “Kami menemukan  kasih, menemukan cinta dan kebahagiaan”, kendati mengalami tantangan yang disebakan  oleh pandemi ini. Hal ini tentu saja sesuatu yang meneguhkan mudah-mudahan ini bukan lip service saja atau kata-kata kosong saja. Tetapi benar-benar suatu pengalam ril kita masing-masing bahwa di dalam keluarga kami menemukan cinta dan kebahagiaan dan itulah yang meneguhkan. Itulah yang membuat kita berdiri dan memberikan kesaksian  tentang kasih itu kepada sesama.

Love itu sebenarnya adalah Allah. Allah adalah kasih. Sehingga kalau kita berkata we found love itu artinya kita menemukan Allah yang merupakan kasih itu dalam masa pandemi ini. Kasih itulah yang menguatkan kita. Cinta itu punya daya menghidupkan, daya yang meneguhkan. Panggilan berkeluarga adalah panggilan untuk mengikuti Allah yang mengasihi kita, Allah yang mencintai kita.Mengasih satu dengan yang lain, diikat menjadi suami istri karena kita percaya kepada Allah. Dan Allah telah menaruh cinta itu ke dalam hati kita. Bila dalam berkeluarga kita tidak menaruh roh cinta, pasti susah.

Mencintai dalam konteks hidup berkeluarga menyangkut beberpa aspek : Pertama, kalau kita benar-benar mencintai pasangan hidup maka kita mau memberikan yang terbaik, berjuang untuk memberikan yang terbaik bagi pasangan.  Kedua, menerima segala sesuatu secara terbuka dari pasangan. Menerima dengan hati yang terbuka, walaupun pasangan kita ada kelemahan, ada kekurangannya tapi saya menerima kamu dan mari berjalan bersama. Ketiga, berkenaan dengan kemampaun menerima itu adalah kemampuan kita untuk mengampuni.  Dan perlu juga kita mengatakan please forgive me. Kalau kita belum bisa memaafkan dan meminta maaf kita belum bisa secara sungguh-sungguh bisa menyatakan we found love dan happiness in family life. Dan yang ke empat itu adalah rekonsiliasi untuk memulai lagi kehidupan yang baru. Kehidupan yang baru itulah yang disebut dengan kebangkitan dan itu terjadi kalau kita sungguh-sungguh  mangasihi satu sama lain.

Misa yang dihadiri beberapa pasangan pasutri yang mewakili beberapa paroki di Keuskupan Bogor juga menghadirkan pasangan pasutri yang telah puluhan tahun menikah untuk memberikan sharing pengalaman dalam membina rumah tangga ditengah-tengah kesulitan hidup dimasa pandemi. 

( Anto )  

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *