Sketsa

Ketika Langkah Kecil Berbuah Harapan Besar

by Gank @ndre

Malam ini angin sangat kencang berhembus dan kebetulan sore tadi pun hujan turun cukup deras, suatu hal yang umum terjadi di kota ini, yaa.. hampir setiap hari kami merasakan kondisi tersebut, orang tua bilang itu merupakan anugrah, karena tidak banyak tempat yang memiliki hawa senyaman tempat kami tinggal. Tidak ada yang berbeda dari malam-malam sebelumnya, seperti biasa aku duduk dekat kaca jendela kamarku sambil sesekali meneguk es teh manis kesukaanku, namun tiba-tiba aku merasakan ada sesosok bayangan menghampiri teras rumah kami. Siapa gerangan yang berkunjung kerumahku malam begini ya..?? Pikirku dalam hati. Ting…tong… sekejap kemudian bel rumah pun  berbunyi, “tepat dugaanku, pasti ada seseorang datang bertamu”, aku pun segera menghampiri untuk memastikan siapa yang datang. “Selamat malam Dree…, maaf aku mengganggu” Tasya membuka pembicaraan saat aku membuka pintu, “Oh… kamu, mari masuk, tumben kamu datang malam begini, ada apa Tasya??, “Biar disini saja Dree… aku gak lama koq, aku hanya ingin minta tolong, besok pagi, kamu bisa tidak mengantarku ke kampung seberang sebelum kita pergi kesekolah?” dengan senyum manisnya Tasya meminta ku untuk mengantarnya, dan tanpa berfikir panjang aku pun menyanggupi permintaannya, “Baiklah… besok pagi kita berangkat jam berapa??. “Jam 5.30 aku rasa sudah cukup Dree…, kamu bisa kan??, sekali lagi Tasya memastikan kesanggupanku, “Ok baiklah, sampai jumpa besok pagi yaa…” dan Tasya pun kembali kerumahnya yang tepat berada di seberang rumahku. Senang rasanya bisa membantu teman kecilku, walau artinya aku harus bangun lebih pagi dari biasanya.

Pukul 5.00 pagi aku sudah bangun untuk segera mandi dan sarapan seadanya, mamaku terlihat bingung dengan tingkahku pagi ini, mungkin beliau tidak pernah melihatku bangun sepagi ini, karena rumahku cukup dekat dengan sekolah, maka tidak perlu bangun terlalu pagi, cukup jam 5.45 pun tidak akan terlambat sampai di sekolah. “kamu mau kemana Dree… koq tumben pagi-pagi sudah bangun?” tanya Mama sambil membuatkan setangkup roti isi nanas pesananku. “Emm… aku mau mengantar Tasya Mah, jadi harus berangkat lebih pagi”, jawabku singkat, “memang Tasya dan kamu ada urusan apa?” tanya Mama menyambung pembicaraan. “tidak tahu Mah… aku berangkat dulu yaa, nanti siang aku ceritakan” sambil bergegas pergi meninggalkan Mama dalam kebingungan. Sebeneranya aku sendiri pun tidak tahu akan kemana dan untuk keperluan apa, kemarin aku terlalu bahagia sampai-sampai tidak sempat bertanya banyak pada Tasya.

Baru saja motor bututku keluar dari peristirahatanya, Tasya sudah berdiri di belakangku, “Aduh…” hampir saja kulempar motor ini karena kagetnya,  “Tasyaaa… kamu bikin aku jantungan, kukira Miss kuntilanak!!” tegasku, “maaf kan aku Dree.. hehehee.. gak sengaja”. Belakangan memang kepekaanku cukup membuatku gelisah, rasanya seperti ada yang mengintaiku setiap saat, apa mungkin aku mewarisi kemampuan indra ke enam dari kakekku ya?? Ah.. sudahlah, bukan saatnya cerita yang horor..horor, sekarang yang terpenting, tugasku mengantar Tasya akan terlaksana, “ayooo… berangkat”. Teriaku sambil membonceng gadis manis berambut panjang.

Perjalanan kami pun dimulai dengan menyususuri jalan bebatuan, mengelilingi persawahan dan perkebunan sayur yang entah kenapa baru kali ini aku lewati, untung saja motorku mau diajak kompromi, biasanya dijalan mulus saja rewelnya minta ampun, mungkin karena ia tahu isi hatiku yang sedang bahagia ini yaaa… jadi tanpa masalah sedikitpun, kami melaju dengan lancar hingga tiba pada suatu perkampungan nan asri, sekelilingnya terhampar persawahan dan kebun sayur milik masyarakat sekitar, heeemm… segar rasanya udara disini, benar-benar bebas dari pencemaran. “Dree… kamu tunggu disini sebentar yaa, aku mau menemui seseorang dahulu” pinta Tasya segera setelah turun dari motor dan bergegas menuju sebuah rumah, tidak jauh dari tempat kami berhenti. “Eh… Tasya, kamu tidak ingin aku temani??” teriakku padanya, “Tidak usah Dree… kamu tunggu disitu saja”. Kenapa dia seperti itu yaa? ada yang aneh dengan Tasya, apa sebenarnya yang sedang ia kerjakan? Sambil memejamkan mata, ku coba mencari jawaban sendiri, dan… “Astaga, ya Tuhan… Tasya kamu bikin aku kaget lagi” ia sudah kembali berdiri di depanku sekejap setelah ku membuka mata, tubuhku mendadak lemas dan jantungku berdebar kencang, kukira dia adalah Miss kunti..…! ah sudahlah jangan diungkit-ungkit lagi yang horor-horor. “Ayoo…Dree, kita ke sekolah” sambil tersenyum menahan tawa, Tasya bergegas naik motor dan memintaku meninggalkan tempat ini. “Kamu ada urusan apa sih disini” tanyaku penasaran, “Oh… gak ada yang penting koq, hanya ketemu dengan seorang saja, nanti juga kamu tahu sendiri” timpalnya seperti merahasiakan sesuatu dariku. “baiklah aku akan mencari tahu sendiri” pikirku dalam hati.

30 menit kemudian kami pun sampai di gerbang sekolah, pak Warno sudah siap-siap untuk menutup pintu karena memang jam masuk sekolah tinggal sebentar lagi. Kami pun bergegegas masuk sampai-sampai motorku ku titipkan sementara pada Pak Ojo, kebetulan ia sedang santai menunggu dagangannya, maklum saja beliau berjualan es, jadi baru ramai klo sudah jam istirahat siang. Sesampainya di kelas, kami pun mulai mempersiapkan diri untuk memulai aktifitas belajar, Bahasa Indonesia merupakan pelajaran pertama yang kami hadapi, terlebih hari ini memang sudah dijadwalkan untuk ulangan harian, sesegera ku lepaskan segala penasaranku dan fokus pada ulangan serta peralajaran lainnya.

Istirahat siang kami hari ini tiba lebih cepat dari biasanya, karena rencananya para guru akan mengikuti rapat Yayasan dan kebetulan hari jumat juga, jadi setiap jam pelajaran mendapat remisi, hehehe… seperti tahanan saja. Santai dulu ahh…yang pertama aku lakukan adalah menemui Pak Ojo untuk menebus motorku yang kutitipkan padanya, baru kemudian makan Siomay made ini Mamanya Virgie yang lezat itu.. Kira-kira sepuluh meter sebelum aku sampai di warung tempat orang tua Virgie berjualan, kulihat Tasya, Virgie dan Adel sedang berbincang-bincang seru bak ibu-ibu arisan. “Seru sekali mereka? Aku dekati aaah” dengan langkah pasti aku mendekati mereka. “Hay Girl… lagi seru nii, boleh gabung gak?” Belum sempat aku meneruskan niatku, mendadak Virgie memintaku pergi “Jangaan.. kamu duduk disebelah saja.. ini urusan perempuan!!”. Aneh sekali, biasanya mereka sangat bersahabat jika aku dekati, tapi sekarang koq mereka berubah yaa.. tanpa berfikir panjang, akupun menyingkir dan kembali pada maksud utamaku tadi, Siomay ikan.. heeemm sedapnya.

“Tante.. pinjam piringnya, saya pesan enam potong saja” pintaku “Eh.. nak Andre.. ini piringnya, silahkan kamu pilih saja sendiri”. Sambil mengambil beberapa potong siomay, aku pun melancarkan misi detactive mencari tahu apa yang sebenarnya sedang mereka kerjakan. “Tan… Virgie sedang ada tugas penting ya?? biasanya ia membantu disini” pancingku pada Tante Janti orang tua Virgie, “Oh… mereka sedang membuat usaha baru Dree…semacam bisnis online gitu deh, tapi Tante juga kurang paham usaha yang seperti apa” akhirnya aku tahu apa yang sedang mereka lakukan, paling tidak ini awal yang baik tentunya, membuat suatu usaha sedari muda, mudah-mudahan tidak sampai mengganggu prestasi mereka di sekolah yaa.. dan sebenarnya akupun cukup tertarik dengan usaha online, apalagi jika tujuannya untuk kebaikan Bersama.

Hari semakin siang, dan jam pelajaranpun berakhir sudah, kami pun segera meninggalkan ruang kelas dan bergegas pulang. “Tasya… kamu mau pulang barsamaku?” pintaku sesaat setelah mengambil motorku, “Tidak Dree… kamu duluan saja, masih ada yang perlu aku lakukan disini” Jawab Tasya menolak. “Memang Nenek kamu tidak menunggu?”, “Tidak Dree… Nenekku sudah tahu koq”. sambil kembali meneruskan percakapan dengan Virgie dan Adel “. Ok… Baiklah aku pulang duluan yaa… kamu hati-hati dijalan”. Segera kutancap gas dan meninggalkan sekolah, ditengah jalan aku teringat tentang perkampungan yang tadi pagi baru saja kami datangi, aku penasaran sekali dengan tempat yang asri itu, mungkin ada yang bisa ku ketahui dari seseorang disana, dan akhirnya ku putuskan untuk kembali ketempat itu sekedar mencari jawaban atas rasa penasaranku. Tidak butuh waktu lama, aku sudah sampai pada sebuah gubuk di pinggir perkebunan buah dan sayur, kebetulan disana terlihat seorang Bapak sedang beristirahat. “Selamat siang Pak.. maaf mengganggu, boleh saya mampir sejenak?” sapaku membuka pembicaraan, “Yaa… silahkan nak.. duduk saja disamping Bapak”, jawab bapak separuh baya tersebut, “Bapak pemilik perkebunan ini?” tanyaku kembali, “Ya.. ini adalah tanah keluarga kami yang menjadi satu-satunya mata pencaharian kami” akhirnya kami pun terlibat dalam percakapan panjang dan sampai pada suatu informasi penting yang memang sedang aku cari, ternyata sebagian besar penduduk kampung ini sedang mengembangkan produk olahan dari sayur dan buah guna memperoleh manfaat yang lebih besar dibandingka jika dipasarkan langsung, selain lebih mudah rusak dan busuk, nilainya pun tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan, dan produk yang dihasilkan berupa cemilan berbahan dasar buah dan sayur, sungguh suatu ide yang luar biasa. “heemm… jadi aku tahu sekarang, apa yang Tasya dan kawan-kawan kerjakan, hahahaaa…” aku harus bertemu Tasya sekarang.

Malam ini cukup cerah, tidak seperti malam sebelumnya yang lebih berangin dan dingin, aku termenung sendiri di teras rumahku, sambil menunggu kedatangan Tasya yang entah kemana belum juga pulang, hatiku sunggu gelisah dibuatnya, selain karena mencemaskan keadaannya, rasa penasaran menanti penjelasan darinya pun membuatku semakin tak menentu, terlebih Neneknya sudah dua kali mencariku untuk sekedar menanyakan keberadaan Tasya, yang jujur saja, aku pun tidak tahu ia dimana, Hp nya pun sulit dihubungi, seperti tidak aktif karena kehabisan pulsa atau kehabisan battery, hal ini semakin membuat pikirku melayang tak menentu. “Ya Tuhan.. mohon lindungi temanku Tasya” pintaku dalam doa, dan belum sempat aku mengucapkan Amin, tiba-tiba terlihat seorang perempuan berjalan semakin mendekat rumah kami, “Oh itu dia… Tasya!! itu kah kamu?” tanyaku dari kejauhan, “Iya… Dree, kamu menunggu ku?, maafkan aku yaa.. aku tahu pasti banyak orang menungguku, termasuk nenek”. Rupanya HP Tasya sedang rusak, jadi dia benar-benar tidak bisa menghubungi siapapun, pantas saja kemarin malam ia datang kerumah saat memintaku mengantarnya. Setelah mengetahui keadaannya, akupun tidak menyia-nyiakan untuk segera menanyakan prihal segala yang telah ku ketahui tadi siang, “Tasya… kamu sedang punya usaha baru ya?, dan apa hubungan dengan cemilan berbahan dasar buah dan sayur?” tegasku meminta jawaban, “Oh… akhirnya kamu tahu juga tentang semua itu, sebentar aku menemui nenek dulu ya…”.

Kami pun melanjutkan pembicaraan, dan benar dugaanku, Tasya bersama dengan Virgie dan Adel, berusaha memasarkan cemilan dari masyarakat kampung sekitar dengan metode online agar dapat menjangkau pasar yang lebih luas, dan sebagai imbalannya, mereka mendapatkan keuntungan dari usahanya tersebut, Tasya berusaha mengumpulkan dana untuk membantu panitia Paskah dalam mewujudkan rencananya, maklum saja saat ini sudah masuk pekan suci, maka segalanya sudah harus dipersiapkan termasuk masalah pendanaan, sedangkan Virgie tentu saja untuk membantu ekonomi keluarganya, dan Adel.. untuk menutup hutang orang tuanya, akibat peristiwa kelam yang pernah menimpanya. Saat Adel menghilang dari rumah, ia ternyata berteman dengan Rico yang tidak bukan adalah seorang penggerak kegiatan terlarang, dan kini telah diamankan pihak berwajib, untung saja Adel dapat pulang dalam keadaan selamat, walaupun membuat tabungannya ludes dan menyisakan hutang bagi orang tuanya.

Aku sungguh tidak pernah menduga sebelumnya, bahwa teman-teman di sekitarku punya gagasan yang luar biasa, selain dapat membantu perekonomian masyarakat banyak, mereka pun secara tidak langsung telah melestarikan usaha kecil menengah yang justru menjadi tulang punggung perekonomian rakyat, dan satu lagi yang tak kalah pentingnya, mereka juga sukses mencari solusi dari kepentingan mereka masing-masing, sungguh usaha yang patut di apresiasi. Aku sungguh ingin seperti mereka, dapat membantu sesama lewat kemampuan yang kita miliki, dan aku yakin bahwa masing-masing individu mewarisi kemampuan yang dapat dikembangkan, yang penting.. ada kemauan, usaha dan doa.

Lega rasanya jika langkah kecil yang kita lakukan, berbuah harapan besar. Semoga dilain waktu aku bisa menceritakan kembali pengalaman hidup bersama teman-temanku yang pastinya akan semakin menarik dan penuh dengan pesan bermanfaat. Sampai jumpa lagi kawan-kawan.

(Wellyanto)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *