ArtikelSeputar Paroki

Berjalan Bersama

Rekoleksi Sinode Para Uskup Sedunia 2023 di Paroki St. Fransiskus Asisi, Bogor, diadakan pada  Minggu, (21/11). Sekitar 100 peserta aktif hadir dalam rekoleksi yang diadakan di aula St. Michael Paroki.  Sebagian dari peserta adalah umat yang selama ini tidak aktif dalam kepegurusan wilayah atau lingkungan.  Tentu pada awalnya ada tanya dari peserta, Rekoleksi Sinode Para Uskup Sedunia itu apa? Terus “kita disuruh ngomong apa?” terlebih waktu yang diberikan relatif singkat. Itu “kegalauan” yang terjadi di tengah-tengah umat, ketika diminta untuk menjadi peserta rekoleksi. 

Sinode yang dimulai tepat pukul 10.30 ini diawali dengan registrasi peserta dengan jumlah 95 peserta yang hadir. Lalu dibuka dengan ibadat pembuka diteruskan dengan pengantar dari panitia pengarah dari Keuskupan Sufragan Bogor yang diwakili oleh bapak Anton Sulis dilanjutkan narasi refleksi tentang “ Transformasi Pelayanan Gereja”.

Dalam doa dan renungan pribadi peserta diajak untuk hening dan dilanjutkan dengan makan siang. Sharing kelompok dibagi menjadi 4 (empat) kelompok dengan komposisi perwakilan orang muda, perwakilan dari wilayah dan kelompok kategorial.

Sharing berjalan cukup hangat, dimana masing-masing peserta meluapkan “uneg-uneg”-nya terhadap situasi Gereja saat ini baik dalam lingkup paroki maupun Gereja secara universal.  Banyak masukan sekaligus harapan terhadap klerus, pengurus gereja terutama dalam cara kerja pelayanan selama ini. Terlebih pada kepengurusan gereja yang itu-itu saja, seperti tidak ada yang lain, yang memiliki ide-ide baru yang segar  sehingga Gereja tidak dirasa mandeg atau jalan di tempat.  

“ Saya sangat senang dapat ikut ambil bagian dalam sinode ini, ternyata begitu banyak  pergumulan-pergumulan yang dialami umat selama ini. Seperti kurangnya pelayanan gereja  terhadap disabilitas atau anak-anak yang berkebutuhan khusus dengan menghadirkan sekolah khusus bagi mereka di Keuskupan Sufragan Bogor. Dalam situasi sulit ini (pandemi) juga ada yang merasa belum mendapatkan sapaan atau belum dikunjungi oleh Gereja. Demikian juga dalam situasi pandemi dimana anak-anak dan lansia yang belum diperbolehkan ke gereja coba diakomodir” ungkap Medy Mutis peserta yang mewakili kelompok kategorial.

Sementara di kelompok lain  Yustinus Suhardi mengungkapkan “sekarang ini sulit mencari orang katolik yang mau terlibat dalam pelayanan di masyakat seperti  menjadi pengurus RT/ RW atau menjadi panitia kegiatan dilingkungan masyarakat setempat, seperti ada ketakutan atau belum mau membuka diri”.

Kerinduan akan kunjungan gembala ditengah-tengah umat juga menjadi perhatian dari peserta sharing. Ada pula kebingungan umat bila sedang mengalami masalah dalam keluarga, mau pergi kemana? Tidak ketersediaannya tempat doa yang dibuka selama 24 Jam. Tempat untuk menenangkan diri ketika mendapatkan masalah.

“Saya sangat senang sekali dapat hadir di sinode ini dimana kita diajak untuk menggali tentang pelayanan gereja selama ini. Karena tadi di dalam sharing itu semua peserta dapat mengungkapkan keluhan-keluhan atau masalah-masalah baik sebagai individu maupun pengurus di lingkungan tempat tinggal”. Tegas Henrica dari perwakilan wilayah siliwangi dua.

Bapak Anton Sulis selaku SC dari Keuskupan mengungkapkan yang pertama  ia mengapresiasi antusias umat untuk hadir memenuhi undangan panitia, mereka hadir dengan antusiasme yang sangat besar. Kedua  saya mengapresiasi dari perspektif lain yaitu  umat Paroki Sukasari yang punya kejutan besar terhadap gerejanya itu ditandai dengan banyaknya usulan dari proses perenungan mereka tentang bagaimana dan seharusnya dilakukan oleh Gereja.   

“Saya bersyukur karena setiap peserta membagikan pengalamannya berbincang-bincang dengan roh kudus yang di sharingkan dalam kelompok-kelompok yang cukup aktif sehingga menjadi sumbangan yang nyata dan menjadi bekal terhadap peserta yang hadir. Roh kudus berkarya secara nyata melalui setiap pribadi dan secara nyata mendorong setiap orang untuk membagikan pengalamannya dari semua yang berjalan dengan lancar sesuai harapan ini membawa buah-buah suka cita dalam hidup menggereja yang terus bertumbuh dan berbuah, selamat Proficiat Tuhan memberkati”, ujar Romo Anton Widarto, OFM selaku panitia pengarah.

Ketika ditanya persiapan mengadakan rekoleksi sinode ini  Romo Yustinus Dwi Karyanto selaku Pastor Paroki memaparkan,  memang persiapan rekoleksi di paroki ini cukup singkat, kita mempersiapkan kurang lebih dalam waktu dua minggu, dalam waktu yang singkat itu kita mempersiapkan dengan baik dan Puji Tuhan yang datang hampir 100 persen. Harapannya ke depan,  kita tetap berjalan bersama bukan untuk dua atau tiga tahun tetapi sepanjang gereja ini hidup. Jadi supaya semangat dalam berjalan bersama saling berkomunikasi  saling memberikan usul-usul yang baik dan itu kita lakukan dengan tulus untuk perkembangan gereja, agar makin hari makin baik demi kemuliaan Tuhan, supaya apa yang dikehendaki Bapa Paus  sungguh-sungguh kita wujudkan di dalam  hidup menggereja kita khususnya di Paroki St. Fransiskus Asisi, Sukasari.

Kegiatan rekoleksi sinode diakhir dengan misa konselebrasi yang dipimpin oleh RD. Yustinus Dwi Karyanto selaku selebran utama diikuti oleh RP. Agustinus Anton Widarto, OFM, RD. Agustinus Adi Indiantono, RD. Petrus Sunusmo Galih Widodo dan Diakon Albertus Aris Bangkit Sihotang.  Dalam homilinya Romo Anton Widarto menegaskan bahwa gereja adalah komunitas, keluarga yang berjalan bersama dengan berbagai karunia dan kekuatan dan juga tentu dengan kelemahan-kelemahan yang ada di dalamnya. Kita diingatkan bahwa kita adalah keluarga yang sedang berjalan bersama. Bahwa kita adalah keluarga yang berdoa, bahwa kita adalah keluarga yang saling menguatkan dalam sebuah peziarahan dalam sebuah perjalanan lebih dari itu kita juga diingatkan bahwa perjalanan kita akan menjadi sebuah perjalanan yang penuh rahmat ketika perjalanan kita diiringi dan disertai oleh  berkat dan tuntunan roh kudus yang mengingatkan kita masing-masing sebagai pribadi bahwa kita masing-masing diberi rahmat untuk melihat yang baik kemudian secara bersama-bersama memperbaiki apa yang kurang dengan demikian kita masing-masing mampu mempunyai penghargaan  satu dengan yang lain. Siapapun kita apapun kelebihan dan kekurangan kita, kita semua diundang untuk berperan bukan baperan untuk beraksi bukan untuk memberi sangsi.  Bukan menuntut ini dan itu tetapi kita diminta untuk terlibat dalam gereja, keluarga dan masyarakat.  

( A. Sudarmanto )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *