Pembicaraan Paus Fransiskus Bersama Para Pemimpin Keuangan dan Pakar Ekonomi Dunia
Paus Fransiskus Mendesak Para Pemimpin Keuangan dan Para Pakar Ekonomi Dunia Untuk Mengentaskan Ketimpangan Ekonomi dan Kemiskinan.
Paus Fransiskus mendesak para pemimpin keuangan dan para pakar ekonomi dunia untuk dapat mengentaskan ketimpangan ekonomi dan kemiskinan. Desakan Paus Fransiskus tersebut disampaikannya dalam Konferensi “Bentuk-Bentuk Kesetiakawanan Baru”, yang berlandaskan pokok pikiran “tatanan keuangan yang sudah ketinggalan zaman membahayakan planet kita dan memecah belah masyarakat kita”. Paus Fransiskus, meski tak dijadwalkan, hadir dalam konferensi tersebut yang berlangsung di Vatikan pada hari Rabu, Februari 2020. Direktur Dana Moneter Internasional Kristalina Georgieva, peraih Nobel ekonomi Joseph Stiglitz dan Guru Besar Universitas Columbia Professor Jeffrey Sach hadir sebagai pembicara dalam konferensi tersebut. Hadir pula Menteri Keuangan Prancis, Argentina, Meksiko, Paraguay, dan El Salvador.
Paus Fransiskus juga mengatakan bahwa sumber daya modern memungkinkan pengentasan kemiskinan dunia dan pengentasan kemiskinan tersebut merupakan sebuah tanggung jawab. Dunia yang kaya serta ekonomi yang dinamis dapat dan seharusnya mengakhiri kemiskinan.
“Anda, yang telah berbaik hati berkumpul di sini, adalah para pemimpin keuangan dan para pakar ekonomi dunia”, kata Paus Fransiskus. “Anda tahu secara langsung apa ketimpangan ekonomi dunia kita saat ini, atau ketimpangan masing-masing negara. Marilah kita bekerjasama untuk mengakhiri ketimpangan ini”.
Lebih lanjut Paus Fransiskus mengatakan bahwa lima puluh orang terkaya di dunia dapat bersama-sama mengentaskan kemiskinan anak. “Lima puluh orang terkaya di dunia memiliki ekuitas yang setara dengan 2,2 triliun dolar. Lima puluh orang itu saja dapat membiayai perawatan medis dan pendidikan setiap anak miskin di dunia, baik melalui pajak, prakarsa derma atau keduanya. Lima puluh orang itu bisa menyelamatkan jutaan nyawa”.
“Jika ada kemiskinan yang bukan main di tengah-tengah kekayaan – juga kekayaan yang bukan main – hal itu karena kita telah membiarkan kesenjangan melebar menjadi yang terbesar dalam sejarah”, kata Bapa Suci.
Paus Fransiskus merujuk pada Santo Yohanes Paulus II yang beberapa kali dalam pidatonya memakai frasa “tatanan dosa” untuk menggambarkan “pemotongan pajak berulang-ulang untuk orang-orang terkaya” dan “bebas pajak untuk keuntungan pribadi dan perusahaan”. Setiap tahun ratusan miliar dolar, yang harus dibayarkan dalam bentuk pajak untuk membiayai perawatan medis dan pendidikan, terakumulasi dalam rekening bebas pajak sehingga menghambat kemungkinan pengembangan yang layak dan berkelanjutan dari seluruh pelaku sosial.
Paus Fransiskus juga mengecam anggaran pemerintah untuk “industri perang”, dengan mengatakan : “Dunia kehilangan miliaran dolar dalam persenjataan dan kekerasan setiap tahun, yang dapat mengentaskan kemiskinan dan buta huruf jika anggaran tersebut dapat dialihkan”.
“Ratusan juta orang masih terperosok dalam kemiskinan yang bukan main dan kekurangan pangan, perumahan, perawatan medis, sekolah, listrik, air minum dan layanan sanitasi yang memadai dan sangat diperlukan. Diperkirakan sekitar 5 juta anak balita ini akan mati karena kemiskinan. 260 juta anak lainnya akan kekurangan pendidikan karena kurangnya sumber daya, karena perang dan migrasi”, kata Paus Fransiskus. “Kenyataan ini seharusnya tidak menyebabkan keputusasaan, tidak, tetapi menyebabkan tindakan”.
(Peter Suriadi – Bogor, 7 Februari 2020)