Paus Fransiskus Akan Mengunjungi Malta Pada 31 Mei 2020
Paus Fransiskus akan merayakan Pentakosta di Malta, negara kepulauan Mediterania tempat kapal yang ditumpangi Santo Paulus terdampar serta ribuan migran dan pengungsi terus mencari penerimaan dan perlindungan. Pada 10 Februari 2020 Vatikan mengumumkan bahwa Paus Fransiskus akan mengunjungi Pulau Malta dan Pulau Gozo 31 Mei 2020, bertepatan dengan Hari Raya Pentakosta. Inilah perjalanan kepausan pertama yang dijadwalkan untuk tahun 2020. Kunjungan Paus Fransiskus yang akan datang adalah kunjungan keempat seorang Paus ke Malta. Paus Yohanes Paulus II mengunjungi pulau di kawasan Mediterania tersebut dua kali, pada tahun 1990 dan 2001. Paus Emeritus Benediktus XVI mengunjungi Malta pada tahun 2010.
Jadwal perjalanan belum ditentukan, tetapi Vatikan mengatakan tema kunjungan itu akan diambil dari paparan Kisah Para Rasul tentang bagaimana penduduk Malta memperlakukan Santo Paulus dan 275 orang lainnya di atas kapal yang diterjang badai : “Mereka sangat ramah” (Kis 28:2). Logo resmi perjalanan itu menunjukkan tangan meraih salib, “sebuah tanda penyambutan orang kristiani kepada sesamanya dan bantuan kepada mereka yang kesulitan, ditakdirkan terlantar”, kata siaran pers Vatikan.
Uskup Agung Malta Mgr. Charles Scicluna mengatakan dalam sebuah pengumuman video tentang perjalanan yang dikutip dari Kisah Para Rasul itu yang dipergunakan dalam Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani pada bulan Januari 2020. Paus Fransiskus menawarkan beberapa meditasi tentang ayat tersebut. Ayat itu, kata Mgr. Charles Scicluna, adalah “pengingat bahwa kita perlu saling menyambut, saling mengampuni dan menyambut para migran yang mengetuk pantai pulau kita untuk mencari tempat yang aman dan martabat manusiawi”.
Seperti Italia dan Yunani, sejak tahun 2015 Malta telah menjadi tujuan utama para migran dan pengungsi yang melarikan diri dari kekerasan di Timur Tengah atau kemiskinan yang luar biasa di Afrika. Dan seperti tetangga-tetangganya di Eropa, para politisi Malta dan penduduk lokal telah terpecah secara tajam berkenaan jumlah pendatang baru yang dapat dan seharusnya diterima negara tersebut.
(Peter Suriadi – Bogor, 12 Februari 2020)