ArtikelSajian Utama

Belajar Online Selama Pandemi, Efektifkah?

Mewabahnya coronavirus di Indonesia yang hingga hari ini masih terus berlangsung, mau tidak mau memaksa para pelajar serta mahasiswa-mahasiswi untuk melakukan online learning alias belajar secara daring tanpa harus datang ke sekolah atau ke kampus. Banyak pro dan kontra yang hadir menyangkut hal ini. Sebagian orang setuju sambil menjalaninya dengan penuh antusias, namun sebagian lagi lebih memilih belajar offline seperti pada masa sebelum Covid-19 masuk ke negeri ini. Pada tanggal 15 Maret 2020 saat pertama kalinya ditetapkan pemerintah bahwa seluruh lapisan masyarakat harus bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah dari rumah selama 14 hari kedepan dirasa lumrah-lumrah saja sebagai bentuk usaha memutus rantai persebaran Virus Corona ini. Walaupun upaya itu sudah dilakukan, tetapi jumlah jiwa yang terpapar Virus Corona ini terus melonjak sehingga ketika memasuki masa PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) hingga New Normal-pun Kementerian Pendidikan akhirnya memutuskan semua pelajar dan mahasiswa harus memperpanjang masa online learning hingga akhir tahun ajaran 2020.

Kendala yang dijumpai para pelajar yang menjalankan belajar secara daring ini umumnya seputar biaya kuota internet yang melonjak karena dituntut untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar menggunakan platform ruang tatap muka online seperti Zoom, Google Meet, dan lain sebagainya. Maka ada pula orang tua yang pada akhirnya memilih untuk memasang Wi-fi di rumah masing-masing agar proses belajar daring anak-anak mereka tidak terhambat dan dianggap lebih terjangkau untuk membayar tagihan internet (Wi-fi) perbulan dibandingkan harus membeli kuota terus menerus setiap kali paketnya habis. Selain itu sistem belajar secara daring dirasa dapat membuat pelajar merasa jenuh yang dapat mengakibatkan turunnya motivasi belajar mereka sebab tidak bisa berinteraksi langsung dengan teman-temannya seperti biasa di sekolah. Belum lagi nasib mahasiswa tingkat akhir yang seharusnya bisa turun ke lapangan baik itu untuk job-training, KKN (kuliah kerja nyata) dan hal semacamnya untuk mempelajari dan mengambil banyak data sebagai bahan utama menyusun laporan akhir mereka sekarang menjadi terhambat.

Satu hal yang bisa kita pelajari bahwa dengan terjadinya suatu fenomena baru tidak melulu hanya membawa efek negatif saja, tapi juga bisa membawa dampak positif, contohnya dengan keadaan yang menuntut para pelajar beserta guru-guru untuk melaksanakan online learning dapat meningkatkan kefasihan dalam memaksimalkan penggunaan teknologi. Bagi yang sebelumnya “gaptek” alias gagap teknologi, sekarang bisa lebih piawai dalam memanfaatkan beragam jenis aplikasi yang ada di gawai/gadget masing-masing untuk keperluan belajar mengajar. Tidak ketinggalan mahasiswa-mahasiswi juga bisa lebih kreatif misalnya dalam melaksanakan proker (program kerja) organisasi mereka yang harus dikemas dalam bentuk berbeda namun tetap menarik. Sebagai contoh kegiatan penerimaan mahasiswa baru secara online, melakukan interview/wawancara demi kebutuhan memenuhi tugas mata kuliah dengan narasumber juga harus dieksekusi secara daring, dan masih banyak lagi.

Seperti tertulis pada Yeremia 29:11 yang berbunyi “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu,” demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan”. Sebagai pelajar yang sedang mengalami perubahan dalam tatanan sistem pendidikan ini, dapat diartikan bahwa kita harus percaya mengenai rencana Tuhan termasuk dengan munculnya coronavirus yang membuat banyak dari kita harus melakukan kegiatan belajar daring. Yakinlah bahwa ada manfaat yang bisa dipetik atas peristiwa ini untuk kebaikan kita di masa mendatang. Salam sehat dan Tuhan Yesus memberkati kita semua.

 ( Laras Handita )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *