Perayaan HUT Wilayah St. Maria Magdalena – Pakuan
Tahun 2019 ini, wilayah St. Maria Magdalena berumur 7 tahun. Santa Maria Magdalena adalah pelindung wilayah Pakuan. Dirayakan setiap tanggal 22 juli sebagai pesta nama St. Maria Magdalena. Maria Magdalena awalnya seorang wanita yang berdosa, yang oleh Tuhan Yesus telah dibebaskan dan diselamatkan dari kuasa Roh jahat. Dan sejak saat ini Maria Magdalena selalu mengikuti dan melayanai Tuhan dengan setia. Ia adalah murid Kristus, sebagai wanita pertama yang melihat Yesus setelah bangkit dari kubur dan menjadi saksi paskah yang pertama. Semoga umat wilayah St. Maria Magdalena bisa meneladani hidup iman St. Maria Magdalena. Dalam rangka menyambut hari ulang tahun yang ke-7 ini, berbagai kegiatan dilakukan diantaranya :
JALAN SEHAT DAN SENAM PAGI
Jalan sehat dan senam pagi di adakan pada Minggu, 28 Juli 2019. Semua umat berkumpul di depan bekas kantor pemasaran VIP lama, sekitar pukul 06.30 WIB untuk berjalan bersama menuju Cluster Pinanga, Pakuan Hill. Sebelum berangkat ketua panitia memimpin doa untuk bimbingan dan perlindungan Tuhan. Sekitar pukul 06.55 diikuti oleh 90 umat Katolik yang terdiri dari kelompok BIA (Bina Iman Anak), BIR (Bina Iman Remaja), OMK (Orang Muda Katolik), LANSIA (Lanjut Usia), pasangan produktif dan para pengurus serta panitia.
Senam pagi dipimpin oleh instruktur senam Ibu Nannyta dan dibantu putri bungsunya dari sanggar senam Marina Studio 87. Setelah senam pagi, seperti biasa dilakukan foto bersama. Dalam melaksanakan acara senam sehat, tidak semua umat yang hadir ikut senam sehat, ada cukup banyak umat yang berjalan mengelilingi lapangan yang ada di Cluster Pinanga, sambil menikmati udara pagi yang cerah, sejuk dan bersih. Pada saat itu matahari pagi belum terlalu panas. Para peserta mengikuti senam pagi dengan bersemangat dan antusias, meskipun banyak diantara mereka tidak menguasai gerakannya.
MISA SYUKUR HUT WILAYAH ST. MARIA MAGDALENA
Misa syukur HUT wilayah St. Maria Magdalena yang ke-7 dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 31 Juli 2019 di resto Doea Tjangkir yang di pimpin oleh Romo Epiphanius Marie, CSE. Misa dimulai dengan arak-arakan dari panitia HUT, yang terdiri dari rukun, lingkungan, seksi keluarga, seksi BIA, seksi OMK-Lektris dan Romo, dengan diiringi lagu AKU ABDI TUHAN dari koor St. Maria Magdalena di bawah koordinasi Ibu Giacinta Tanti Yulia. Misa syukur dihadiri oleh 67 orang pelayan yang bertugas di rukun, lingkungan, wilayah, prodiakon dan pengantar komuni, TTK, dekor, dan koor.
Bacaan di ambil sesuai dengan jadwal liturgi pada hari itu, bacaan pertama Kel 34: 29-35 dan injil Mat 13 :44-46. Dalam homilinya, Romo menanyakan kepada umat yang hadir “ siapa yang merasa pelayan Tuhan? Apakah tahu konsekuensinya sebagai pelayan Tuhan? sudah siapkah menjadi pelayan Tuhan?. Konsekuensi dari seorang pelayan Tuhan adalah hamba dari segala hamba (Servus Sevorum Dei), berkorban waktu, tenaga, pikiran perkataan dan perbuatan, makan hati. Jadi identitas sebagai seorang pelayan Tuhan tidak enak, tampil di panggung sebentar hanya 1 jam yang di belakang panggung 24 jam, yang artinya harus siap melayani 24 jam. Bagaimana mungkin kita sebagai pelayan Tuhan siap? Tentu kita tidak pernah sendirian, St. Ignatius dari Loyola yang hari ini kita peringati itupun juga tidak pernah merasa kalau dia sanggup dan mampu untuk melakukan pelayanan, dan memberikan diri seluruh hidupnya untuk melayani Tuhan. Tidak pernah orang-orang kudus merasa bisa melakukan tanpa Tuhan. Bohong kalau misalnya mengatakan saya bisa, uang saya banyak saya bisa melayani Tuhan, mau sampai kapan uang banyak itu kalau misalnya kita mau melayani Tuhan karna uang banyak. Aku masih muda masih sehat, lalu kalau yang sakit dan sudah tua tidak ada kesempatan untuk melayani Tuhan?, melayani Tuhan bukan bergantung bagaimana kita masih memiliki tenaga atau fasilitas apapun, tetapi melayani Tuhan itu karena kita memiliki hati untuk melayani, bukan persoalan memiliki waktu yang banyak untuk melayani.
Kita semua yang hadir disini adalah orang-orang pilihan. Sadarkah kita adalah orang-orang pilihan? bacaan pertama menceritakan tentang Musa melayani itu setiap saat bersemuka dengan Tuhan. Hasilnya adalah orang-orang yang melayani Tuhan setiap saat selalu bersandar pada kekuatan Tuhan. Tidak ada satu karya pelayananpun yang di hasilkan oleh kemampuan kita sendiri, selalu ada rahmat Tuhan yang ada disana. Jangan dipikir St. Ignatius dari Loyola bisa seperti itu mewartakan dalam keadaan umat seperti itu atas kekuatan sendiri. Para Rasul menjadi martir rela digolok, digoreng, ditusuk, disayat di bunuh karena iman, apakah mereka merasa memiliki kekuatan? Tidak, tetapi saatnya Tuhan akan memberikan rahmat yang khusus itu kepada kita. Ingat tidak, ketika pertama kali kita bilang Tuhan aku mau menyerahkan diri untuk melayani? Apakah pertama kita berfikir tidak punya waktu, aduh saya takut tidak mampu untuk melayani ini dan itu? Sekarang bagaimana setelah melayani sekian tahun? Mari kita flash back kembali, akhirnya kita merasa Tuhan terima kasih sebenarnya saya tidak bisa, tetapi ketika Tuhan memberikan tugas itu tiba-tiba menjadi bisa, inilah yang disebut dengan rahmat Tuhan cukup bagimu. Makanya St. Paulus mengatakan “ tidak ada sesuatu yang dialami kita itu melebihi kemampuan dan kekuatan kita”. Tuhan tahu kapasitas kita masing-masing, Tuhan tahu kekurangan kita, Tuhan tidak pernah memberi cobaan melebihi kapasitas kita, selalu pas, selalu tepat, tidak kecepatan, tidak juga kelewatan.
(Maria Hendri Utami)