Melirik Bisnis Sampingan di Era Digital
Di Usia 21 Tahun, Diva Sudah Jadi Pebisnis Beromzet Rp 2,2 Miliar! Judul yang mantul ini saya baca di kompas.com tanggal 19 Februari 2019. Ini paragraf pertama dalam artikel tersebut: Di usia 21 tahun, Diva Velda sudah jadi pebisnis oleh-oleh makanan ringan dengan omzet miliaran rupiah di Kota Malang, Jawa Timur. Bahkan, dalam 7 bulan terakhir ini mahasiswi semester empat Binus Malang, Insitute of Creative Technology, itu sudah mengantongi omzet Rp 2,2 miliar! Omzet miliaran? Sekali lagi wow! Siapa yang gak ngiler? Mau? Pasti belum-belum sudah terbayang punya omzet milyaran itu ya? Sebelum kelamaan bengong mikirin yang besar, lebih baik berpikir untuk mulai dari yang kecil dulu. Baby step kalau kata orang sono.
Nah, baby step yang dimaksud adalah usaha atau bisnis sampingan. Kenapa sampingan? Iyalah, kan memulai usahanya saat masih punya pekerjaan atau kegiatan utama. Istilah kerennya tambahan penghasilan bagi yang sudah punya pekerjaan tetap dan tambahan uang saku bagi yang masih sekolah atau kuliah. Sama seperti Diva Velda, dia juga memulai bisnisnya saat duduk di bangku kuliah. Coba pikirkan lebih jauh. Memiliki bisnis sampingan juga bisa menjadi jaring pengaman, di saat pekerjaan utama hilang karena berbagai kemungkinan, kita masih memiliki pendapatan dari bisnis sampingan. Bagi yang memulai bisnis sampingan di saat masih sekolah atau kuliah, bisnis sampingan tersebut bisa menjadi bisnis yang utama. Jadi tidak perlu lagi bersusah payah mencari pekerjaan.
Beruntunglah kita, peluang untuk memiliki bisnis sampingan semakin mudah di era digital ini. Keterbukaan informasi dan pengetahuan, mudahnya komunikasi, jaringan internet, dan beranekaragamnya sarana usaha yang bisa diakses dengan mudah, dan masih banyak lagi yang membuat langkah untuk memulai bisnis sampingan menjadi lebih mudah. Lebih mudah loh ya, bukan lebih instan. Banyak pebisnis pemula yang berpikir bahwa dengan segala kemudahan yang tersedia, hasil yang dicapai pun bisa instan. Sayangnya hal itu tidaklah benar. Tidak ada yang namanya shortcut atau jalan pintas. Diva Velda dalam usahanya pun tidak langsung mencapai omzet milyaran, kok. Tantangan selalu bermunculan. Baik saat memulai bisnis dan juga saat bisnis sedang berjalan. Sebelum terjun, ada baiknya kita mengetahui dulu tantangan apa saja yang mungkin dihadapi. Jangan ciut dulu, ya! Teruskan membacanya dan tetap semangat!
- Waktu yang fleksibel. Kawan atau lawan?
Waktu untuk merintis sebuah usaha atau bisnis sampingan tentu lebih fleksibel. Kita sendiri yang menentukan kapan membuat perencanaannya dan kapan penerapan rencana tersebut. Tidak ada atasan yang mengawasi. Semua tergantung kita sendiri. Kelihatannya sih enak. Tapi awas jangan terjebak. Waktu yang terlalu fleksibel seringkali membuat kita terlena. “Santai aja. Masih bisa besok”. “Santai aja. Masih bisa minggu depan, kok!”
Kenyataannya adalah merintis sesuatu yang baru memerlukan pengorbanan dan perjuangan. Apalagi di masa-masa awal waktu kita meletakkan pondasi bisnis. Seringkali kita harus rela mengurangi waktu istirahat, bahkan juga waktu bersama keluarga atau teman.
Gesekkan dan perang waktu antara pekerjaan dan kegiatan tetap, urusan dan kepentingan pribadi dan keluarga, dan mendirikan bisnis sampingan adalah tantangan yang berat.
Tips: Potong kecil-kecil. What? Maksudnya waktunya yang potong kecil-kecil. Misalnya, luangkan waktu 30 menit saja setiap malam sebelum tidur. Luangkan waktu lebih banyak misalnya di hari Sabtu. Bagi-bagi juga kegiatannya, misalnya Senin untuk perencanaan, Selasa untuk menambah pengetahuan. Sabtu untuk riset. Atur sendiri sesuai kegiatan Anda. Senjata yang diperlukan adalah komitmen menepati jadwal yang sudah ditentukan. Senjata satu lagi adalah fokus pada saat mengerjakannya. Jangan malah browsing atau sibuk di media sosial, ya! Mengalokasikan sedikit waktu yang dilakukan secara rutin jauh lebih efektif daripada mengalokasikan waktu yang panjang tapi cuma sesekali saja.
Modal.
Apapun bisnis yang hendak digeluti memerlukan modal. Hal ini juga yang sering menjadi kendala paling besar karena kaitannya dengan rasa takut gagal. Mungkin saja kita sudah memiliki modal yang diperkirakan cukup untuk memulai satu usaha. Tapi karena takut gagal dan membayangkan uang ini hilang, tentunya cukup membuat ketar-ketir.
Tips: Besar kecilnya modal itu relatif. Apalagi di era digital saat ini. Banyak alternatif untuk mengatasi masalah modal.
Tenaga
Jangan beranggapan bahwa mendirikan usaha sampingan di era digital ini tidak perlu tenaga. Bayangkan setelah lelah setelah seharian bekerja atau berkegiatan, pulang ke rumah, belum bisa ‘pw’ alias ‘posisi wenak’ alias bersantai, karena jabang bayi bisnis sampingan sudah menanti. Belum lagi pikiran yang terus melayang ke arah bisnis sampingan yang sedang dirintis. Capek fisik. Capek pikiran. Capek mental.
Tips: Luangkan waktu bersantai dan bersenang-senang. Perlu banget untuk recharge semangat, menghindari kejenuhan, dan menghilangkan stress. Handphone aja perlu di charge!
Oh ya, ada satu pepatah yang mengatakan ‘no free lunch’. Tidak ada makan siang gratis. Selalu ada harga yang harus dibayar. Harga waktu, modal dan tenaga. Dengan menyadari betul-betul kenyataan bahwa semua ada harganya, membuat kita lebih siap untuk menghadapi tantangan.
Masih semangat mau punya usaha sampingan? Mau, sih! Cuma kok berat ya? Itu baru 3 tantangan saja. Pasti masih ada banyak tantangan lain. Habis gimana? Coba renungkan dalam hati satu pertanyaan ini: “Saya punya banyak sekali excuse atau alasan mengapa saya lebih baik mundur. Apakah saya punya satu, satu saja, strong reason atau alasan kuat mengapa saya akan berjuang? Apakah ingin satu saat berhenti menjadi karyawan? Apakah ingin mempersiapkan jaring pengaman? Apakah ingin pensiun secepat mungkin? Apakah ingin memiliki suatu usaha yang bisa dikerjakan dari manapun? Apakah ingin memiliki penghasilan yang melebihi dari yang Anda dapatkan sekarang? Apakah ingin membantu sesama? Temukan strong reason Anda sendiri. Jika Anda sudah menemukannya, buatlah strong reason tersebut sebagai pembangkit semangat ketika Anda lelah, jenuh, dan patah semangat, saat menghadapi tantangan dan kesulitan.
Setelah membahas tantangan, sekarang saatnya kita lirik yuk beberapa peluang bisnis sampingan yang semakin moncer dengan memanfaatkan era digital ini. Kalau dilihat-lihat, modalnya relatif kecil, loh!
Penulis Lepas
Hobi menulis? Ini saatnya mengembangkan bakat menulis menjadi sesuatu yang bisa mendatangkan penghasilan tambahan. Penulis buku, artikel, cerpen, cerbung, blog, white paper, newsletter, email marketing, copywriting, book reviewer, content creator, dan masih banyak lagi bidang-bidang penulisan yang berpotensi menjadi penghasilan. Dengan adanya internet dan media sosial, semakin terbuka jalan untuk memasarkan hasil tulisan Anda
Web Designer
Ini era digital. Semakin banyak individu, usaha kecil, menengah, besar yang perlu dan harus memiliki website. Artinya peluang Web Designer semakin terbuka lebar.
Kerajinan Tangan dan Dekorasi.
Bagi si pemilik jiwa kreatif, peluang di bidang kerajinan tangan dan dekorasi ini besar, loh! Wedding gift, parsel unik, hiasan dalam ruangan, hiasan luar ruangan, hiasan taman dan kebun, asesoris, kado unik, dan masih banyak lagi. Banyak online marketplace yang bisa dijadikan tempat memasarkan hasil karya Anda.
Fotografer
Hobi jeprat jepret? Anda bisa menjual hasil jepretan Anda di website-website yang khusus memasarkan hasil jepretan para fotografer, baik yang profesional maupun yang amatir. Peluangnya sama besar.
Dropshipping
Dropship adalah metode jual beli online di mana penjual tidak melakukan stok barang dan proses pengiriman. Cukup promosikan barang-barang yang ingin Anda jual di website dan di akun media sosial Anda. Jika customer Anda tertarik untuk membeli, ikuti sistimnya, dan supplier yang akan mengurus semuanya sampai di tangan si pembeli.
Lima peluang di atas cuma contoh sebagian kecil saja dari peluang bisnis yang ada di era digital ini. Silakan eksplorasi lagi. Di mana ada tantangan, selalu ada peluang. Semangat!
(Melinda Liu)