Seputar Paroki

Latihan Dasar Kepemimpinan BIR Wilayah Bondongan

Halo! Salam dari kami para anggota BIR-OMK WilBond yang bersukacita dalam Kristus! Siapa sih yang tidak mengenal BIR-OMK WilBond? Pasti semuanya tau dong, ya… Ya, benar sekali, BIR WilBond adalah organisasi para remaja Katolik yang usianya berkisar 12-16 tahun atau kelas 6 SD hingga kelas 1 SMA, sedangkan OMK untuk remaja berusia 17-35 tahun yang belum menikah. Banyak yang bilang kalau BIR-OMK WilBond acaranya begitu-gitu saja, tidak ada kegiatan yang seru. Wah, kalian jelas salah, Fams. Organisasi ini banyak sekali kegiatan yang seru dan menyenangkan. Tidak percaya? Ayo sini bergabung bersama kami, supaya keseruan dan kebahagiaan ini menular!

Nah, seperti yang dikatakan tadi, baru-baru ini BIR-OMK Wilbond mengadakan acara LDK atau Latihan Dasar Kepemimpinan yang bertema “Menjadi Pemimpin Kristiani yang Penuh Sukacita, Misioner, Injili, Peduli, Cinta Alam & Tanah air”. Kegiatan ini mengajarkan kami untuk menjadi orang yang lebih peduli, proaktif, disipin, percaya, tangguh, dan tidak mudah sakit hati, atau kalau bahasa jaman sekarang, baper. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari dua malam, yaitu sejak tanggal 1 sampai 3 Juni kemarin.  Yang bertempatan di Bukit Tajhal, Cijeruk, Bogor Selatan. Dengan lokasi yang jauh dari keramaian ini, bisa dipastikan acara ini terbilang sangat, sangat, sangattt menyenangkan.

Pertama-tama, pagi hari pada Sabtu, 1 Juni, kami berkumpul pada pukul 07.00,  lalu mulai mengabsen daftar peserta yang mengikuti kegiatan ini, dan berangkat kira-kira pukul 08.00 dengan menggunakan angkot. Setibanya kami di lokasi, kami langsung di sambut hangat oleh tanjakan yang cukup curam dan tajam, sehingga kami harus berjalan kaki menaiki tanjakan tersebut. Kenapa kami bilang ‘disambut hangat’, karena ketika kami berjalan, keluarlah keringat kami, sehingga udara yang tadinya terasa cukup sejuk, terasa semakin hangat di kulit kami. Tapi kami tidak menganggap itu sebagai kesulitan, justru kami menganggapnya sebagai kesempatan. Jadi kami menaiki jalanan itu sambil bernyanyi-ria, bahkan ada yang sampai bermain gitar sambil berjalan.

Tiba di atas, kami tidak langsung memulai acara kami, kami beristirahat sejenak sambil membereskan barang-barang di tenda kami, memakan snack, bahkan ber swafoto ria. Sedikit info, kami tidak tidur di kamar atau vila, tetapi di tenda. Tenda dibedakan menjadi dua, tenda laki-laki dan tenda perempuan.

Acara dibuka dengan upacara bendera yang diikuti oleh seluruh peserta LDK yang berjumlah 28 remaja, 10 pendamping dari OMK dan para pembina sekaligus bertindak sebagai panitia. Upacara ini secara tidak langsung membangkitkan kembali rasa nasionalisme kami. Dengan menyanyikan dengan khidmat lagu Indonesia Raya, mengucapkan dengan tegas setiap sila dari Pancasila dan menghormat bendera Merah Putih ditengah alam terbuka telah memberi kesan tersendiri.

Kemudian mulailah acara pertama yaitu perkenalan, pada sesi ini, kami diajak untuk lebih saling mengenal satu sama lain, dimana peserta diminta berkenalan dengan teman di sebelah kiri dan kanan peserta mulai dari nama, kesamaan ciri-ciri, hingga sifat kami masing-masing kemudian peserta menyebutkannya kepada forum terkait info yang sudah didapat. Tujuan dari sesi ini adalah mengasah keterampilan BERKOMUNIKASI, keterampilan mendengar, menghargai dan para peserta diajak untuk mengidentifikasi sifat diri kami sendiri dan secara tidak langsung menjadikan moment intropeksi.

Setelah selesai sesi pertama, acara selanjutnya adalah pembagian kelompok. Kami dibagi mejadi empat kelompok, yaitu Kelompok Semut, Kelompok Kalajengking, Kelompok Rajawali, dan Kelompok Banteng, serta menentukan pendamping untuk masing-masing kelompok. Lalu kami dibagikan sebuah buku saku, yang wajib diisi tanda tangan para Pembina, kakak-kakak OMK (pendamping), dan para peserta sampai penuh. Kemudian, kami diminta untuk mengumpulkan buah pinus atau cemara sebanyak-banyaknya secara per kelompok. Buku  saku dan buah-buah pinus itu akan dikumpulkan pada malam kedua atau pada hari minggu malam. Kemudian, kami per kelompok  diminta untuk membuat yel-yel yang akan ditampilkan di setiap sesi atau saat diminta.  

Waktu sudah mulai siang, perut kami pun merasa kelaparan. Lalu kami meneruskan acara yaitu makan siang dengan duduk bersila menikmati nasi liwet beserta lauk pauknya yang disajikan diatas daun pisang yang memanjang, makan siang ini berlangsung di atas sebuah kolam ikan yang pastinya membawa suasana alam tambah kental dan menambah rasa kebersamaan dan kebahagiaan diantara kami.

Setelah makan, kami kembali diminta untuk berkumpul perkelompok untuk menyelesaikan sebuah perikop, atau lebih tepatnya menyusun sebuah perikop. Perikop terpecah-belah kata per kata, sehingga kami harus mengurutinya kata per kata juga. Memang cukup sulit, sih, apalagi dengan bacaan yang cukup panjang, membuat kami cukup kewalahan. Untung saja kami melakukannya bersama kelompok kami, jadi itu cukup mengurangi beban kami. Dan perikop yang telah kami susun itu wajib dihapalkan oleh masing-masing kelompok, karena perikop itu akan digunakan untuk sesi-sesi selanjutnya. Masing-masing kelompok menerima perikop yang berbeda-beda, jadi kami tidak bisa bekerja-sama dengan kelompok lainnya.

Selesai menyusun perikop, kami pun beristirahat sejenak sampai jam empat sore. Jam empat sore, kami kembali berkumpul di aula dan memulai sesi selanjutnya. Kami diminta berkumpul perkelompok, lalu kami dibagikan banyak sekali sedotan. Rupanya, kami diminta untuk membuat sebuah menara yang disusun dari sedotan itu setinggi mungkin, tetapi waktu yang diberikan hanya 30 menit. Setelah 30 menit, kami berhenti membuat menara dimana sebagian kelompok ada yang sudah siap dan ada yang  belum siap untuk dinilai. Walaupun kami tidak diberitahu berapa nilai yang layak kami dapatkan, tapi jelas sekali bahwa hasil karya kami semua tidak ada yang terbaik, sudah jelas dari cara para penilai dan pembimbing kami berbicara. Itu benar-benar menguji mental kami. Kegiatan ini mengajarkan kami untuk tidak mudah sakit hati dan kami harus menjadi orang yang lebih tangguh dalam hidup yang kami jalani. Pesan moril dari games ini adalah kami diajak untuk mawas diri, dimana kadang dalam pelayanan di gereja kita merasa sudah memberikan yang terbaik namun dimata orang lain belum tentu, belajar menerima penolakan dengan besar hati, dan yang utama adalah sikap rendah hati menjadi syarat dalam sebuah pelayanan.

Oke, kegiatan itu selesai, kami kembali disuguhi oleh permainan atau game, yaitu mencari balok yang berisi angka nomor absen kami. Kami diminta untuk meraba-raba balok yang kami pegang dan mengenali ciri-ciri dari balok tersebut, balok tersebut kemudian kami kumpulkan kembali kepada kakak-kakak pendamping. Kemudian, mata kami ditutup oleh sebuah penutup mata sampai kami benar-benar tidak bisa melihat apapun, lalu balok-balok tersebut disebarkan di tengah-tengah kami secara acak. Kami diminta untuk mencari balok yang kami miliki masing-masing Pada saat kami sudah menemukan balok yang menurut kami adalah milik kami, kami dijebak dengan kalimat dari para kakak pembina: “Baloknya boleh diminta ga?”, jika kami mengatakan “Boleh”, balok yang sudah kami pegang akan kembali dilemparkan secara acak supaya kami harus mencarinya lagi. Game ini mengajarkan kami supaya kami tidak memberikan hak yang sudah milik kami, memberikan balok kami kepada orang yang tidak kami kenal sama saja seperti kami membiarkan hak hak kami dirampas begitu saja.

Permainan selesai, kami melanjutkan acara kami dengan makan malam. Lalu kami diminta untuk menyiapkan diri untuk sesi selanjutnya, yaitu ‘Jelajah Malam’. Pada sesi ini, kami wajib menyelesaikan semua tantangan dan teka-teki di setiap pos, terdapat lima pos dan dua pos bayangan. Di setiap pos, kami wajib membacakan perikop yang sudah kami hapalkan sebelumnya, dan kami harus mengatakannya dengan lancar. Kami mendapat banyak sekali pesan-pesan yang dapat kami petik dari kegiatan-kegiatan tersebut, salah satunya yaitu untuk menjadi pengikut Kristus, kami wajib memanggul salib kami masing-masing dalam hidup. Akhirnya kegiatan ini berakhir kira-kira pukul dua dini hari dan hari sudah berganti, barulah kami dapat beristirahat dan tidur untuk acara pagi harinya.

Pagi harinya kami terbangun kira-kira pukul empat untuk kembali bersiap-siap. Acara kembali dimulai pukul enam pagi. Dimulai dengan ibadat pagi untuk memuji Tuhan Yesus, yang dipimpin oleh Ibu Lucia Anita dan Bapak Agus. Kemudian dilanjutkan dengan sarapan. Selesai sarapan, kami kembali disuguhi oleh sejumlah outbond perorangan  yang disetiap game pasti ada hukumannya, kemudian dilanjutkan dengan outbond dinamika kelompok, lalu disela makan siang. Setelah makan siang, acara masih berlanjut,  rally outbond. Kali ini, kami berlomba antar kelompok untuk menjadi yang pertama. Di kegiatan ini, tubuh kami menjadi sangat kotor dan basah akibat lumpur, tepung, dan air. Tetapi, di kegiatan ini, kami diajarkan untuk saling percaya dan bekerja sama. Selesai acara ini, kami segera membersihkan diri.

Selesai mandi, udara seketika menjadi dingin karena tempat yang kami tinggali diguyur hujan. Kami kembali berkumpul di aula untuk sesi selanjutnya. Sesi kali ini adalah ‘Commitment’, yaitu mempelajari bagaimana ciri-ciri pemimpin Kristiani, yang diberikan oleh Rm. Garbito Pamboaji. Selesai sesi ini, kami diminta membuat komitmen untuk menjadi lebih baik dan kami diminta untuk memberikan cap tangan kami di sebuah kanvas besar. Setelah kegiatan itu, acara dilanjutkan dengan Perayaan Ekaristi. Lalu dilanjutkan lagi dengan makan malam.

Setelah makan malam, kami perkelompok diberi waktu untuk menyiapkan sesuatu yang akan kami tampilkan saat malam inagurasi. Saat malam inagurasi tiba, masing-masing kelompok menampilkan pertunjukan yang sudah kami siapkan, di depan nyalanya api unggun. Saat malam ini juga, kami diberikan berbagai macam awards, baik untuk pembina ataupun kami sendiri. Pada malam ini juga, dipilihlah pengurus-pengurus BIR WilBond yang baru. Yaitu Gaby sebagai ketua, David sebagai wakil ketua, Ratih sebagai sekretaris (1), Lovel sebagai sekretaris (2), dan Dea sebagai bendahara. Menurut kami, malam inagurasi adalah saat yang seru, karena kami bisa menyampaikan kesan dan pesan kami, kami bisa bernyanyi bersama-sama, dan kami bisa membuat sebuah komitmen yang baru. Acara ini selesai kira-kira pukul 12 malam. Setelah itu kami langsung tertidur lelap.

Keesokan harinya, kami berkumpul lagi pukul 7 pagi. Pagi hari kami kembali dimulai dengan ibadat pagi yang dipimpin oleh Sr. Ferdinanda, lalu dilanjutkan dengan sarapan dan kami kedatangan Rm. Markus Lukas untuk ikut menyemarakan acara kami ini. Karena berhubung hari itu adalah hari Senin, kami mengadakan upacara untuk kedua kalinya. Selesai upacara, kami kembali bersiap-siap untuk pergi ke Curug Putri Pelangi. Setelah kami merasa sudah siap, kami langsung berangkat menuju Curug tersebut dengan berjalan kaki. Walaupun lokasinya terbilang dekat, tetapi jalan yang kami lewati tidak bisa dibilang mudah.

Kami harus melewati hutan, jalalannya pun naik turun, dan itu membuat kami kelelahan. Tetapi ketika kami tiba di Curug tersebut, kami langsung disuguhi dengan pemandangan yang cukup memuaskan dan air yang sangat segar. Di sana kami bisa bebas bermain air dan berfoto ria bersama teman-teman kami.Pulang dari tempat itu, kami kembali berjalan kaki sampai ke kemah. Badan kami rasanya lelah sekali, tapi suasana gembira membuat kami tetap bersemangat. Kami berjalan kaki sambil bernyanyi-nyanyi dan bercanda tawa. Sampai tiba di kemah, kami langsung beristirahat dan packing untuk pulang. Sebelum pulang, kami makan siang bersama terlebih dahulu. Barulah acara ini selesai sepenuhnya, dan kami pulang dengan menyewa beberapa angkot.

Sungguh suatu pelatihan yang berkesan dan pastinya berdampak pada kepribadian dan sikap kami sebagai remaja Katolik.

(Lucia Ratih – BIR WilBond)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *